Menghadiri Pernikahan Teman Sekaligus Menikmati Segarnya Udara Di Ngawi

Bulan Maret lalu, salah satu teman perempuan saya menikah di tempat kelahirannya yaitu kabupaten Ngawi. Karena teman saya akan mengadakan pesta syukuran di luar kota, maka ketika menerima undangannya saya langsung menerimanya. Selain ingin menghadiri dan memberikan doa restu, saya juga ingin bepergian ke Ngawi dimana saya belum pernah pergi ke Ngawi. Dua minggu sebelum berangkat saya memesan tiket kereta api secara online untuk empat orang. Harga tiket kereta api kelas ekonomi AC Gaya Baru Malam saat itu masih murah hanya Rp 55.000 per orangnya. 




Pagi hari tanggal 21 Maret 2015, yang juga bertepatan dengan hari Raya Nyepi kami berkumpul di Stasiun Pasar Senen jam 09.00 karena kereta yang akan kami naiki berangkat jam 10.42. Ketika kami tiba di Stasiun Pasar Senen tampak ramai namun kami masih bisa mengantri dengan tertib dan aman. Sekitar pukul 10.30 kereta Gaya Baru Malam datang, kami pun bergegas naik dan menaruh barang sesuai nomer tiket yang tertera. Walaupun kereta terlihat penuh namun masih terasa nyaman karena bersih dan terdapat pendingin ruangan di setiap gerbong. Biasanya saya menggunakan kereta api untuk mudik ke Semarang dengan durasi perjalanan sekitar 6-7 jam. Namun dalam perjalanan ini menempuh waktu lebih lama sekitar 10 jam.


Setelah menunggu dan melewati beberapa stasiun besar di kota Solo dan Yogyakarta, akhirnya kami tiba di Stasiun Walikukun Ngawi sekitar jam 21.30. Karena stasiun yang kami tuju merupakan stasiun kecil, maka kami harus turun dengan segera agar tidak terlewatkan. Keesokan harinya kami menghadiri upacara pernikahan baik akad dan resepsi adat Jawa yang kental dengan tradisi. Malamnya kami beristirahat di rumah saudara dekat teman kami yang lokasinya berdekatan kediaman mempelai wanita. Karena lokasi kabupaten Ngawi masih banyak bukit, dan sawah maka udara di pagi hari masih segar dan di malam hari terdengar nyaring suara jangkrik. Suasana ini tentu berbeda dengan yang saya rasakan ketika tinggal di Jakarta yang penuh dengan polusi dan suara kendaraan umum yang bising.


Hari ketiga di Ngawi, selain ingin bersilaturahmi dengan orang tua teman yang menikah kami juga ingin mengunjungi obyek wisata yang ada di kabupaten Ngawi. Menurut info dari teman, ada bukit yang biasa dikunjungi ketika musim liburan yaitu Kebun Teh Jamus yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah teman kami. Untungnya ada salah satu mobil kerabat yang bisa dipakai beberapa jam untuk mengantar kami menuju ke Kebun Teh Jamus. Wah tentu kami senang bisa berjalan jalan walaupun hanya sebentar. Dengan menggunakan mobil untuk keluarga dengan kapasitas delapan orang kami menuju Jamus sekitar pukul delapan pagi dengan waktu dua puluh menit. Kesempatan ini kami gunakan untuk melihat pemandangan sawah, bukit dan kabut yang masih sejuk dan asri dan menghirup segarnya udara pegunungan.





Karena kami berangkat belum sarapan, maka dalam perjalanan kami membawa bekal sarapan dengan lauk yang seadanya dan setibanya di Kebun Teh Jamus kami sarapan bersama di kaki bukit. Selesai sarapan kami ingin menaiki ke puncak bukit, sambil berfoto di perkebunan teh dan menikmati segarnya udara pegunungan serta cerahnya sinar matahari di pagi hari. Kebun Teh yang kami datangi tidak terlalu tinggi sehingga bagi orang yang tidak terbiasa naik gunung akan mudah dinaiki. Kesan saya setelah menaiki dan berkeliling di sekitar kebun teh, pemandangan masih asri dan alami, lokasi juga masih bersih dan nyaman dikunjungi karena tidak penuh sesak. Terlihat ada fasilitas kolam renang di sekitar kebun teh untuk anak dan keluarga.




Rasanya lega ketika selesai berkeliling kebun teh dan bumi perkemahan, karena udara yang segar dan pemandangan yang alami. Sebelum kembali, kami menyempatkan membeli oleh-oleh untuk kerabat dan teman berupa teh dan keripik. Sorenya kami berjalan-jalan di sekitar kampung sambil menikmati mie ayam dan teh hangat yang rasanya tidak kalah dengan mie ayam yang ada di Jakarta. Ternyata sore itu saya mendapat info dari teman yang juga berkunjung ke Ngawi, ada obyek wisata lainnya di kota Ngawi yaitu benteng pendem yang unik. Penasaran dengan informasi ini, saya mengajukan ide untuk mendatangi tempat tersebut keesokan harinya sebelum kembali ke Jakarta.


Kesempatan itu akhirnya terwujud ketika hari Selasa tanggal 24 Maret 2015, kami menyempatkan diri ke benteng pendem di kota Ngawi pukul 10 pagi. Perjalanan yang kami harus tempuh dari kabupaten Ngawi, ke kota Ngawi lumayan lama sekitar satu jam karena jarak yang cukup jauh. Setelah tiba, benteng yang terletak di komplek Kostrad ini harus jalan ke dalam melewati Taman Labirin yang banyak didatangi remaja. Sebelum masuk, setiap pengunjung harus membayar tiket masuk seharga Rp 5.000 setiap orang. Ternyata nama resmi benteng ini ialah Fort Van De Bosch yang sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Tampak salah satu bangunan tercantum tahun 1839-1845 yang kemungkinan bangunan ini sudah digunakan pada tahun tersebut. 


Karena kami tiba di siang hari maka, sinar matahari terasa terik dan panas. Untungnya saya membawa jaket dan payung sehingga bisa melindungi kulit saya dari sinar UV. Benteng Pendem ini masih belum terawat dengan baik, terlihat banyaknya lumut dan cat yang mengelupas. Selain itu halaman sekitar banyak sampah plastik berserakan yang menganggu kenyamanan pengunjung. Namun di sekitar pintu masuk, terlihat rencana revitalisasi kawasan Benteng Pendem yang bisa mengundang wisatawan lebih banyak lagi. Semoga rencana revitalisasi tersebut bisa segera selesai agar obyek wisata sejarah di Ngawi bisa mendatangkan wisatawan dari berbagai kota di Indonesia.



Walaupun bangunan ini masih belum terawat dengan baik, saya masih mengagumi arsitektur bangunan yang kokoh dan besar membuat saya merasa seperti di Roma atau Eropa karena memiliki kemiripan dengan bangunan yang ada di benua Eropa umumnya. Setelah puas berkeliling dan berfoto, kami bersiap-siap menuju stasiun Walikukun untuk kembali ke Jakarta sore hari. Bagi saya kunjungan singkat ke Ngawi untuk mengadiri pernikahan teman dan berlibur membawa kesan yang menyenangkan. Saya merasa beruntung dan bersyukur bisa melihat ciptaan Tuhan berupa pemandangan alam yang asri dan betapa indahnya pemandangan di Indonesia yang belum tentu bisa ditemui di negara lain. 



Semoga di masa mendatang, pemerintah kota dan kabupaten Ngawi lebih meningkatkan lagi sarana dan prasarana agar mempermudah wisatawan mengunjungi Ngawi. Selain itu harus ada oleh-oleh yang khas dari Ngawi agar bisa menjadi ciri khas dari Ngawi, karena ketika saya akan membeli oleh-oleh belum ditemui pusat oleh-oleh seperti yang saya temui di kota Bandung, Bogor atau Semarang. Jika masih ada kesempatan saya ingin kembali mengunjungi Ngawi dengan teman yang berbeda dan mengunjungi tempat wisata yang berbeda dari sebelumnya. 

Comments

  1. ga nyangka ya, ada benteng juga di Ngawi

    ReplyDelete
  2. Benteng pendemnya mirip banget sama colosseum Roma. Keren, ya. Aku selalu suka sama peninggalan2 bersejarah yang ada di Indonesia. Mudah2an suatu saat bisa ke sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba keren, amin semoga bisa berkesempatan mengunjungi benteng pendem di Ngawi :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lima Hal Yang Harus Dimiliki Pekerja Digital Masa Kini

ulasan film sokola rimba

PopBox Loker Multifungsi Untuk Berbagai Kebutuhan