Mengangkat Problematika Remaja Millenial Melalui Film "My Generation"

Sejak boomingnya film remaja "Ada Apa Dengan Cinta" atau AADC beberapa produser pun memproduksi film bertema kehidupan remaja dengan berbagai versi. Banyaknya populasi remaja di Indonesia membuat film dengan tema remaja mudah disukai apalagi jika menggunakan aktor atau aktris yang populer maka mudah mendatangkan banyak penonton.





Namun dengan banyaknya jenis film Indonesia yang tayang, penonton pun kini mulai selektif. Jika hanya menceritakan percintaan saat remaja penonton menjadi jenuh dan beralih ke film lainnya yang ceritanya lebih inspiratif dan menarik. Seiring perkembangan jaman yang mempengaruhi  pola hidup di masyarakat termasuk remaja.

Remaja masa kini atau istilah kerennya kids jaman now memiliki banyak kemudahan sekaligus tantangan yang lebih rumit dibandingkan generasi sebelumnya. Mulai dari pola pergaulan dan komunikasi yang lebih banyak menggunakan gadget dan kesenjangan antara persepsi orang tua dan remaja.

Masalah yang terjadi di kota-kota besar Indonesia ini menarik untuk dibahas karena remaja atau generasi Z lebih visual dan mudah mengekspresikan diri melalui media sosial. Sehingga bermunculan idola baru remaja yang lebih populer di media sosial yang mewakili generasi mereka. Remaja generasi Z kini ingin lebih diakui dan orang tua atau guru perlu menyadari adanya perubahan pemikiran ini.


Melihat fenomena remaja masa kini yang menarik untuk diangkat ke layar lebar, IFI Sinema memproduksi film remaja menggandeng sutradara wanita berbakat Upi. Film ini berjudul "My Generation dengan menggandeng empat pemain film muda yang memerankan karakter remaja unik yaitu Bryan Langelo, Arya Vasco, Alexandra Kosasie, dan Lutesha. Selain melibatkan pemain film muda, My Generation juga menggandeng aktor senior seperti Ira Wibowo, Joko Anwar, Tyo Pakusadewo, Surya Saputra dan Indah Kalalo.



Dengan dilibatkannya empat pemain baru diharapkan bisa mewakili remaja masa kini dan menampilkan wajah segar di perfilman Indonesia. Keempat pemain muda tersebut mewakili empat karakter remaja yang unik antara lain : 
  • Suki sebagai perempuan yang diluar tampak tangguh namun sebenarnya ia memiliki pribadi yang rapuh karena sikap orang tua yang selalu negatif.
  • Konji  sebagai remaja polos yang selalu ditekan orang tuanya dengan berbagai peraturan yang konvesional dan over protective. 
  • Zeke sebagai remaja yang mudah bergaul, ramah, dan loyal dengan teman-temannya namun menyimpan luka dalam hatinya karena merasa tidak dicintai oleh orang tuanya.
  • Orly sebagai remaja perempuan kritis, pintar dan memiliki prinsip. Tumbuh dengan orang tua tunggal yang menjalin hubungan dengan pria lebih muda membuatnya memiliki masalah yang tidak mudah.
Melihat keempat karakter yang unik dan mewakili masalah sosial remaja generasi Z, Upi ingin menceritakan kehidupan remaja lebih dekat dan bisa menjadi bahan diskusi antara orang tua dan anak agar bisa sama-sama belajar berkomunikasi dengan baik. Pembuatan film ini berdasarkan riset media sosial selama dua tahun dan proses pembuatan film selama setahun.



Bagi saya ini tema menarik dalam sebuah film remaja, karena kebanyakan film remaja hanya mengangkat cerita percintaan namun film My Generation melihat sisi yang berbeda. Yang membedakan ialah masalah remaja yang kompleks mulai dari sikap orang tua yang memaksakan nilai atau norma dengan cara yang kurang sesuai dan penilaian orang tua atau guru hanya berdasarkan pelajaran tertentu bukan berdasarkan minat atau kemampuan anak.


Hal ini menarik karena saya pernah mengajar di homeschooling dimana banyak murid yang merasa tidak nyaman dengan sistem pendidikan di sekolah konvensional yang memaksakan semua mata pelajaran harus dikuasai. Padahal kemampuan dan minat setiap anak berbeda sehingga tidak bisa dipaksakan harus menguasai semua mata pelajaran. 

Beberapa murid pun mengalami masalah komunikasi dengan orang tuanya karena adanya perbedaan pola pikir karena pengaruh lingkungan. Banyak orang tua yang memaksakan keinginan yang sebetulnya baik namun cara penyampaian yang kurang tepat membuat remaja tidak dapat menerima di satu sisi remaja juga memiliki keinginan yang berbeda. 

Kesenjangan inilah yang sekarang banyak dirasakan oleh orang tua, guru dan remaja. Kurangnya komunikasi dan pola pikir yang konvensional membuat remaja melampiaskan kekesalan dengan cara yang salah. Di sinilah kedewasaan orang tua untuk menerima masukan dari anak dan memahami perubahan yang terjadi  sehingga remaja merasa didukung serta bisa berprestasi baik secara akademis maupun non akademis. 

Saatnya pola pembelajaran pun dirubah karena belajar tidak hanya di dalam kelas bisa dimanapun melalui media yang beragam salah satunya melalui film. Film ini tidak ingin menggurui orang tua atau guru di sekolah namun memberikan informasi baru tentang permasalahan remaja masa kini yang perlu diperhatikan.

 


Rasanya saya menjadi tidak sabar untuk segera menonton film ini bulan depan karena akan tayang  tanggal di 9 November 2017 di bioskop Indonesia. Mari dukung perfilman Indonesia dengan menonton film dengan cerita yang berkualitas dan pesan moral yang positif. 





Comments

  1. Remaja sekarang emang butuh wadah ya buat numpahin inspirasi dan aspirasi. Lewat film My Generation jadi tahu mau mereka kemana aja

    ReplyDelete
    Replies
    1. dengan film my generation kita jadi tahu keinginan dan kebutuhan remaja jaman now

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lima Hal Yang Harus Dimiliki Pekerja Digital Masa Kini

ulasan film sokola rimba

PopBox Loker Multifungsi Untuk Berbagai Kebutuhan