Nikmatnya Harga Terjangkau di Bulan Ramadhan
Dalam satu tahun pasti ada bulan Ramadhan dimana jutaan umat muslim di
dunia melaksankan ibadah puasa selama kurang lebih 12 jam selama satu
bulan penuh. Di Indonesia sendiri bulan Ramadhan disambut dengan
berbagai cara antara lain dengan adanya kebiasaan unik di setiap daerah.
Namun bagi ibu rumah tangga dan masyarakat lainnya Ramadhan identik
dengan naiknya harga sembako alias kebutuhan pokok. Harga minyak goreng
atau bahan makanan lainnya akan mengalami kenaikan harga dibandingkan
bulan biasanya padahal pada bulan Ramadhan seharusnya konsumsi
masyarakat menurun karena hanya makan dua kali dalam sehari.
Apa saja yang bisa menyebabkan harga sembako naik di bulan Ramadhan?? Ternyata banyak penyebabnya antara lain asumsi pedagang di Indonesia yang menganggap bahwa bulan Ramadhan adalah bulan untuk meningkatkan keuntungan dengan menaikkan harga jual, distribusi bahan pangan yang kurang lancar karena jalur distribusi yang kurang efisien atau karena bencana kekeringan dan banjir, serta gaya hidup masyarakat hidup orang Indonesia yang cenderung konsumtif di bulan Ramadhan dengan mengkonsumsi bahan makanan secara berlebihan. Faktor-faktor itulah yang bisa menyebabkan harga barang kebutuhan menjadi naik. Walaupun banyak faktor -faktor lainnya yang bisa menyebabkan naiknya harga barang.
Dengan meningkatnya harga barang maka akan mendorong pula terjadi inflasi. Menurut data dari Bank Indonesia inflasi pada bulan Januari-Juni 2014 adalah sebesar 1,99 % jumlah ini jauh lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 8 %. Jumlah yang cukup besar tahun kemarin dikarenakan adanya kenaikan harga BBM sehingga memicu terjadinya kenaikan harga bahan kebutuhan lainnya. Barang -barang kebutuhan pokok yang memicu antara lain beras, dagung sapi dan telur. Sedangkan kota-kota di Indonesia mengalami inflasi biasanya kota-kota yang terletak di pulau Jawa misalnya Depok, Bogor, Bekasi dan Tangerang , sedangkan wilayah Indonesia Timur dan Sumatera mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan kota yang berada di pulau Jawa.
Untuk mengatasi inflasi atau kenaikan harga kebutuhan pokok Bank Indonesia melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi lainnya seperi Departemen Keuangan, Departemen Perdagangan, dan Departemen Dalam Negeri. Mengingat inflasi terkait dengan unsur lainnya yang tidak dapat dipisahkan. Tiap-tiap Departemen telah melakukan upaya untuk menekan laju inflasi misalnya dengan memonitor harga barang dengan melakukan pasar murah di setiap daerah yang dikelola oleh Departemen Perdagangan. Selain itu masalah yang juga harus diatasi untuk menekan laju inflasi ialah infrastruktur seperti jalan antar daerah atau antar propinsi dimana masih ditemui infrastruktur di wilayah terpencil sulit untuk diakses sehingga menyulitkan distribusi bahan kebutuhan. masalah lainnya yang tidak kalah penting yaitu transportasi dimana untuk mempermudah distribusi maka sarana transportasi harus diperbanyak seperti kapal laut, kereta api, dan pesawat terbang.
Salah satu pemicu inflasi ialah ketahanan pangan di setiap daerah. Seorang kepala daerah yang telah terpilih harus mengetahui kebutuhan pangan masyarakat di daerahnya, kendala apa yang dihadapi dan solusi agar kebutuhan pangan masyarakat daerah terpenuhi dengan harga terjangkau maka dalam hal ini Departemen Dalam Negeri setiap tahunnya memberikan pelatihan intensif secara 2 minggu agar tiap-tiap kepala daerah bisa memahami inflasi dan kreatif dalam mengatasi inflasi. Kerjasama antar daerah juga sebaiknya lebih sering diadakan untuk mengatasi masalah pangan di daerah masing-masing. Kepala daerah misalnya bupati atau walikota hendaknya memiliki strategi agar bisa mengatasi inflasi misalnya dengan mendukung petani lokal agar bisa panen dan terdistribusi dengan baik di masyarakat daerah.
Langkah yang diambil Departemen Keuangan untuk mengantisipasi inflasi ialah dengan menetapkan asumsi inflasi pada APBN sebesar 5.3% walaupun nantinya akan ada beberapa kebijakan yang diputuskan pemerintah seperti mengurangi subsidi energi sebesar 400 triliun yang nantinya subsidi energi ini bisa dialokasikan ke pupuk, perbaikan jalur distribusi, serta peningkatan infratruktur untuk mendukung target inflasi 4,5 % oleh Bank Indonesia.
Memang agar bahan kebutuhan pokok bisa terjangkau bukan hal mudah dibutuhkan peran semua pihak agar inflasi rendah bisa dirasakan banyak orang. Dengan harga barang yang terjangkau bisa menguntungkan banyak pihak misalnya suku bunga bank akan turun, maka orang yang akan mengajukan KPR bisa mudah terlaksana karena bunga yang ringan. pengusaha kecil dan menengah juga dapat memperoleh akses kredit usaha dengan bunga yang terjangkau.
Hal lainnya yang menjadi tanggung jawab bersama ialah mengurangi budaya konsumtif dengan membeli barang secara berlebihan seperti makanan, pakaian, elektronik, dll. Bulan Ramadhan seharusnya menjadi bulan introspeksi agar bisa menahan hawa nafsu bukan membelanjakan uang tanpa perhitungan. Mari mendukung harga sembako yang terjangkau dengan membeli barang kebutuhan secukupnya sesuai kemampuan bukan berlebihan yang malah memicu naiknya harga barang. Alangkah nikmatnya jika di bulan Ramadhan harga menjadi murah dan terjangkau serta merayakan Idul Fitri dengan kesederhanaan yang penuh berkah.
Apa saja yang bisa menyebabkan harga sembako naik di bulan Ramadhan?? Ternyata banyak penyebabnya antara lain asumsi pedagang di Indonesia yang menganggap bahwa bulan Ramadhan adalah bulan untuk meningkatkan keuntungan dengan menaikkan harga jual, distribusi bahan pangan yang kurang lancar karena jalur distribusi yang kurang efisien atau karena bencana kekeringan dan banjir, serta gaya hidup masyarakat hidup orang Indonesia yang cenderung konsumtif di bulan Ramadhan dengan mengkonsumsi bahan makanan secara berlebihan. Faktor-faktor itulah yang bisa menyebabkan harga barang kebutuhan menjadi naik. Walaupun banyak faktor -faktor lainnya yang bisa menyebabkan naiknya harga barang.
Dengan meningkatnya harga barang maka akan mendorong pula terjadi inflasi. Menurut data dari Bank Indonesia inflasi pada bulan Januari-Juni 2014 adalah sebesar 1,99 % jumlah ini jauh lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 8 %. Jumlah yang cukup besar tahun kemarin dikarenakan adanya kenaikan harga BBM sehingga memicu terjadinya kenaikan harga bahan kebutuhan lainnya. Barang -barang kebutuhan pokok yang memicu antara lain beras, dagung sapi dan telur. Sedangkan kota-kota di Indonesia mengalami inflasi biasanya kota-kota yang terletak di pulau Jawa misalnya Depok, Bogor, Bekasi dan Tangerang , sedangkan wilayah Indonesia Timur dan Sumatera mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan kota yang berada di pulau Jawa.
Untuk mengatasi inflasi atau kenaikan harga kebutuhan pokok Bank Indonesia melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi lainnya seperi Departemen Keuangan, Departemen Perdagangan, dan Departemen Dalam Negeri. Mengingat inflasi terkait dengan unsur lainnya yang tidak dapat dipisahkan. Tiap-tiap Departemen telah melakukan upaya untuk menekan laju inflasi misalnya dengan memonitor harga barang dengan melakukan pasar murah di setiap daerah yang dikelola oleh Departemen Perdagangan. Selain itu masalah yang juga harus diatasi untuk menekan laju inflasi ialah infrastruktur seperti jalan antar daerah atau antar propinsi dimana masih ditemui infrastruktur di wilayah terpencil sulit untuk diakses sehingga menyulitkan distribusi bahan kebutuhan. masalah lainnya yang tidak kalah penting yaitu transportasi dimana untuk mempermudah distribusi maka sarana transportasi harus diperbanyak seperti kapal laut, kereta api, dan pesawat terbang.
Salah satu pemicu inflasi ialah ketahanan pangan di setiap daerah. Seorang kepala daerah yang telah terpilih harus mengetahui kebutuhan pangan masyarakat di daerahnya, kendala apa yang dihadapi dan solusi agar kebutuhan pangan masyarakat daerah terpenuhi dengan harga terjangkau maka dalam hal ini Departemen Dalam Negeri setiap tahunnya memberikan pelatihan intensif secara 2 minggu agar tiap-tiap kepala daerah bisa memahami inflasi dan kreatif dalam mengatasi inflasi. Kerjasama antar daerah juga sebaiknya lebih sering diadakan untuk mengatasi masalah pangan di daerah masing-masing. Kepala daerah misalnya bupati atau walikota hendaknya memiliki strategi agar bisa mengatasi inflasi misalnya dengan mendukung petani lokal agar bisa panen dan terdistribusi dengan baik di masyarakat daerah.
Langkah yang diambil Departemen Keuangan untuk mengantisipasi inflasi ialah dengan menetapkan asumsi inflasi pada APBN sebesar 5.3% walaupun nantinya akan ada beberapa kebijakan yang diputuskan pemerintah seperti mengurangi subsidi energi sebesar 400 triliun yang nantinya subsidi energi ini bisa dialokasikan ke pupuk, perbaikan jalur distribusi, serta peningkatan infratruktur untuk mendukung target inflasi 4,5 % oleh Bank Indonesia.
Memang agar bahan kebutuhan pokok bisa terjangkau bukan hal mudah dibutuhkan peran semua pihak agar inflasi rendah bisa dirasakan banyak orang. Dengan harga barang yang terjangkau bisa menguntungkan banyak pihak misalnya suku bunga bank akan turun, maka orang yang akan mengajukan KPR bisa mudah terlaksana karena bunga yang ringan. pengusaha kecil dan menengah juga dapat memperoleh akses kredit usaha dengan bunga yang terjangkau.
Hal lainnya yang menjadi tanggung jawab bersama ialah mengurangi budaya konsumtif dengan membeli barang secara berlebihan seperti makanan, pakaian, elektronik, dll. Bulan Ramadhan seharusnya menjadi bulan introspeksi agar bisa menahan hawa nafsu bukan membelanjakan uang tanpa perhitungan. Mari mendukung harga sembako yang terjangkau dengan membeli barang kebutuhan secukupnya sesuai kemampuan bukan berlebihan yang malah memicu naiknya harga barang. Alangkah nikmatnya jika di bulan Ramadhan harga menjadi murah dan terjangkau serta merayakan Idul Fitri dengan kesederhanaan yang penuh berkah.
Comments
Post a Comment