Menjelajah Dan Mengenang Sejarah Di Kepulauan Seribu

Sebagai orang yang lahir dan tinggal di negara kepulauan Indonesia, saya memiliki keinginan untuk bisa menjelajah setiap pulau bahkan pulau terkecil yang letaknya jauh. Namun untuk mengunjungi pulau-pulau yang ada di Indonesia, harus mempersiapkan beberapa hal antara lain stamina fisik yang fit, mental untuk beradaptasi, uang, dan pengetahuan akan budaya di pulau yang berbeda-beda. Agar bisa mengunjungi tiap pulau yang ada di Indonesia, harus dimulai dari pulau yang terdekat dan mudah diakses. 



Untuk mewujudkan impian menjelajah setiap pulau, saya sudah menyusun beberapa pulau yang akan saya datangi di tahun 2015 dan 2016. Setelah menunda beberapa bulan karena mencari waktu yang tepat. Maka di awal November dengan persiapan yang singkat, saya memutuskan untuk menjelajah ke tiga pulau yang terletak di sekitar Jakarta dan mengajak teman untuk ikut. Ketiga pulau tersebut antara lain pulau Kelor, Onrust dan Cipir. Setelah mendaftar ke salah satu biro perjalanan di Jakarta, saya dan teman-teman memutuskan untuk berangkat tanggal 7 November 2015. Alasan saya memilih di awal bulan karena jadwal kegiatan kami belum terlalu banyak dan menghindari musim hujan yang lebih deras di bulan November.


Selama kurang dari seminggu, kami berkomunikasi lewat whatsapp untuk waktu dan tempat berkumpul di pagi hari. Karena sudah lama ingin menjelajah tiga pulau tersebut, saya rela tidur lebih cepat dan bangun lebih pagi dari biasanya. Sekitar jam enam lewat lima belas saya berangkat dari Tebet menuju tempat berkumpul di dermaga Muara Kamal. Untunglah jalanan yang saya lewati masih sepi sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai, walau harus bertanya ke beberapa orang dermaga yang dituju. Setelah melewati pasar ikan yang ramai, becek dan bau amis akhirnnya saya sampai ke dermaga Muara Kamal sekitar jam tujuh pagi.


Sepuluh menit kemudian, tiga orang teman saya datang setelah sarapan sebentar di warteg dekat pasar. Kami bertemu di masjid Nurul Bahar dekat dengan dermaga tempat kapal berangkat. Setelah mengabsen peserta yang akan berangkat, kami pun mulai menaiki kapal sambil menunggu semua peserta datang. Jam delapan pagi akhirnya kapal yang kami naiki mulai berangkat menuju pulau Kelor. Segarnya udara pagi dan sinar matahari yang cerah membuat saya semangat melihat pemandangan di sekitar laut. Terlihat beberapa burung pelikan yang berterbangan mencari ikan walaupun di sekitar laut banyak terdapat sampah yang mengganggu pemandangan.




Satu jam kemudian, rombongan di kapal kami tiba di Pulau Kelor. Pulau ini mulai naik daun ketika menjadi tempat akad dan resepsi nikah artis Atiqah Hasiloan dan Rio Dewanto. Ketika kami turun, pasir putih pantai dan angin semilir menyambut kami dan membuat kami penasaran akan sekeliling pulau ini. Selain rombongan kapal kami, terlihat pula rombongan dari kapal lain yang mengunjungi pulau Kelor ini dan berfoto-foto. Harus diakui di pulau Kelor banyak obyek yang bisa dijadikan foto baik itu foto pribadi atau foto yang akan diunggah di media sosial. Selain pasir putih, batu-batuan, ikan hias, terdapat pula bangunan kuno benteng Martello yang menjadi simbol di pulau ini.


Menariknya ketika saya mengelilingi pulau Kelor, ada beberapa orang yang memancing ikan sebagai kegiatan mengisi waktu luang di akhir pekan. Butuh kesabaran agar ikan yang didapat bisa banyak. Kesabaran itu akan terbayar ketika mendapatkan ikan yang diinginkan. Ketika saya melihat ikan yang berhasil didapat, bentuknya kecil dan berwarna warni seperti ikan hias di akuarium. Namun ikan yang ada di sekitar pulau Kelor memang berukuran kecil dan bisa dimakan sebagai lauk.


Setelah puas berfoto dan mengelilingi pulau Kelor, kami melanjutkan perjalanan ke pulau Onrust yang letaknya cukup berdekatan. Sekitar sepuluh menit dari pulau Kelor, kami tiba di pulau Onrust yang saya dengar menyimpan banyak cerita sejarah yang hampir terlupakan. Karena sudah cukup siang, kami memutuskan untuk makan siang sebentar sambil menikmati udara yang segar di Pulau Onrust. Ketika akan memulai makan siang, saya merasakan suasana yang hening di pulau ini. Rasanya bertolak belakang dengan kota Jakarta yang ramai dan bising dengan bunyi kendaraan setiap harinya.


Makan siang menjadi lebih menyenangkan walaupun dengan menu yang sederhana nasi uduk yang saya bawa dari Jakarta, namun bisa dinikmati di tempat yang hening, udara yang segar dan teman perjalanan yang menyenangkan. Saya sempat berbicara dengan salah satu pengunjung pulau Onrust dari Jakarta yang hampir setiap akhir pekan datang untuk memancing ikan. Pengunjung tersebut mengatakan pulau Onrust memiliki sejarah yang cukup penting karena di pulau ini lah pertama kali jamaah haji asal Indonesia diberangkatkan.

Wah kami pun terkejut dan penasaran untuk mengetahui dan mengelilingi pulau Onrust. Setelah makan siang, kami lalu berkumpul dan mulai berjalan menyusuri bangunan yang ada di Pulau Onrust dengan panduan dari Pak Rosyad. Awal mula pulau ini dinamakan pulau Onrust yang artinya tanpa istirahat, karena banyak kapal asing yang hilir mudik membawa rempah-rempah dari berbagai daerah ke pulau ini. Walau sempat hancur pada tahun 1833 karena letusan gunung Krakatau, namun pulau Onrust kembali dibangun pemerintah Belanda dan dijadikan tempat untuk menyimpan rempah-rempah. Lebar pulau ini awalnya sekitar 12 hektar namun sekarang menjadi 8 hektar karena terkena abrasi air laut.


Selain menjadi tempat berlabuhnya kapal asing, pulau ini pernah menjadi tempat karantina jamaah haji Indonesia yang dulu membutuhkan waktu delapan bulan untuk menuaikan ibadah haji. Sesudah dijadikan tempat karantina haji, pulau Onrust dijadikan pemerintah Belanda sebagai penjara dari tahun 1933-1942. Ketika Jepang mengambil alih pemerintahan di Indonesia, pulau Onrust dijadikan tempat gladiator tahanan warga Jerman yang tersisa. Bahkan kabarnya jika masih ada yang selamat, mereka harus berenang ke pulau terdekat dan akan ditembak mati dari jauh tentara Jepang.


Setelah melihat tempat yang dulunya dijadikan arena gladiator, kami mengunjungi komplek makam orang Belanda yang sudah ratusan tahun lamanya. Salah satu makam yang terkenal ialah makan Anna Adriana Duran putri penghuni pulau Onrust yang meninggal tahun 1772. Sejak tahun 1972 pulau Onrust dijadikan cagar budaya oleh Gubernur Ali Sadikin mengingat banyak unsur sejarah yang ada di pulau ini. Sayangnya banyak bangunan yang rusak dijarah warga sehingga hanya menyisakan sisa bangunan yang kurang rapi. Selesai mengelilingi pulau Onrust, terdapat bangunan kincir angin yang identik dengan Belanda sebagai penanda bahwa pulau ini menjadi bagian yang penting pada pemerintahan Belanda di Indonesia.

Kami pun kemudian kembali melanjutkan perjalanan ke pulau Cipir, setelah sholat dhuhur di mushola kecil di pulau Onrust. Ketika saya mengambil air wudhu untuk berkumur, air terasa asin di mulut yang saya kira seperti air tawar di Jakarta. Tampaknya di pulau Onrust belum ada alat penyaring air yang bisa merubah air laut menjadi air tawar untuk keperluan mandi, masak atau ibadah.




Pulau terakhir yang kami jelajahi ialah pulau Cipir yang letaknya dekat dengan pulau Onrust. Perjalanan hanya membutuhkan waktu lima menit dari pulau Onrust. Terlihat beberapa tukang sedang hilir mudik membangun fasilitas di pulau Cipir. Sempat terdengar kabar akan dibangun jembatan penghubung antara pulau Onrust dan pulau Cipir yang bisa memudahkan wisatawan untuk berlibur. Dan dari info pengemudi kapal pak Waris, biasanya pulau Cipir ramai dikunjungi saat tahun baru dengan berkemah atau hari libur lainnya.



Ada beberapa sisa bangunan rumah sakit, meriam dan bangunan lainnya yang tidak terawat dan coretan usil tangan manusia di pulau ini. Beberapa orang juga asyik memancing di tepi pulau Cipir. Pulau ini relatif sepi dan kurang terawat dibandingkan dua pulau sebelumnya. Waktu tak terasa sudah menunjukkan pukul 14.00 dan pak Waris mengingatkan untuk kembali ke kapal dan kembali ke Jakarta tepat waktu. Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, saya melihat beberapa kapal yang memasang jaring di tengah laut dan keramba untuk menangkap ikan. Selain itu perkampungan nelayan yang masih kumuh dan kurang bersih di sekitar dermaga Muara Kamal.




Tips dari saya bagi yang ingin mengunjungi pulau Kelor, Onrust dan Cipir ialah membawa powerbank karena terbatasnya aliran listrik di pulau tersebut jadi sangat penting untuk mengisi daya ponsel pintar yang dibawa, bawa pula topi dan air mineral yang banyak karena cuaca panas yang membuat saya mudah merasa haus dan melindungi kulit dari sinar matahari, dan buanglah sampah di tempat sampah atau di plastik yang disimpan di dalam tas. Saya merasa sedih melihat banyaknya sampah yang mengotori pulau-pulau yang menarik dan berpotensi dikunjungi para wisatawan. Sayangnya kesadaran warga untuk membuang sampah masih rendah sehingga obyek wisata yang harusnya meninggalkan kesan baik malah kurang menyenangkan karena banyaknya sampah.


Secara keseluruhan perjalanan pada hari itu menyenangkan karena bisa melihat langsung pulau-pulau kecil yang ada di Jakarta dan merasakan suasana yang berbeda jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta. Selain itu saya bisa belajar sejarah walaupun sebentar sambil berlibur yang membuat sejarah tidak membosankan seperti di bangku sekolah. Ternyata dengan membayar kurang dari seratus ribu, saya bisa berlibur, melihat dan menikmati udara segar di sekitar laut, belajar sejarah, berinteraksi dengan warga lokal dan membuat hari jadi menyenangkan karena melakukan kegiatan yang berbeda dari rutinitas.



Nah yang ingin menghabiskan waktu di akhir pekan tanpa harus mengunjungi pusat perbelanjaan, berlibur di tiga pulau di sekitar Jakarta menjadi pilihan yang bisa dipertimbangkan. Biaya yang murah, akses yang dekat dan pemandangan yang menarik untuk dijadikan obyek foto merupakan alasan yang tepat untuk berlibur dengan teman atau keluarga. Yuk jelajahi ketiga pulau sambil mengenang sejarah di pulau yang tak jauh dari Jakarta.










Comments

  1. Duhh jadi pingin traveling ke sini ....

    ReplyDelete
  2. UDah lama pengen banget ke kepulauan seribu, cuma belum tahu kapan ada jadwal libur kesana. Banyak banget pantai cantik di sana ya. Makasih sharingnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama mba semoga bisa nyusul liburan juga ke Kep Seribu ya :)

      Delete
  3. Kalau dirimu sudah pernah mengunjungi minimal 50 pulau saja di Indonesia, sudah itu dapat pengakuan bahwa dirimu orang Indonesia sejati, bukan orang Indonesia dari KTP :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas lagi dicicil semoga tahun depan bisa tercapai minimal 50 pulau Amin... :)

      Delete
  4. aku suka sekali sama yg berbau sejarah , sayangnya belum pernah ke sini

    ReplyDelete
  5. aku belum pernah ke kepulauan seribu, mak. hiks. :( masukin wishlist ah

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lima Hal Yang Harus Dimiliki Pekerja Digital Masa Kini

ulasan film sokola rimba

PopBox Loker Multifungsi Untuk Berbagai Kebutuhan