Bulan Agustus 2025 merupakan bulan perayaan kemerdekaan RI ke 80 dimana dirayakan secara meriah di berbagai wilayah dengan upacara, karnaval dan berbagai lomba dengan hadiah menarik.
Dalam perayaan kemerdekaan ini, tentu banyak doa dan harapan masyarakat terkait bangsa Indonesia. Satu hal yang banyak diucapkan adalah bisa menjadi bangsa yang sejahtera, bebas korupsi dan berprestasi di tingkat internasional.
Untuk menjadi bangsa yang masyarakatnya sejahtera tentu harus bisa merdeka dari kemiskinan yang saat ini masih belum tuntas penyelesainnya. Maka Dompet Dhuafa mengadakan sarasehan tokoh bangsa dengan tema "Merajut Kebersamaan, Mewujudkan Merdeka Dari Kemiskinan" tanggal 13 Agustus 2025 di Sasana Budaya Rumah Kita Jakarta Selatan. Acara sarasehan ini dihadiri oleh bapak Yudi Latif, PhD, Dr. KH. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA, Dr. H. Rahmat Hidayat, SE, MT , dan Dr. Bambang Widjojanto.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase penduduk miskin pada Maret 2025 menurun 0,10 persen terhadap September 2024, menjadi 8,47 persen. Jumlah penduduk miskin berkurang 210.000 orang pada periode sama, mencapai 23,85 juta orang. Meski secara keseluruhan jumlah penduduk miskin menurun, BPS menyebut penduduk miskin di kota justru bertambah sekitar 220.000 orang.
Masalah ini menjadi tantangan bersama agar penduduk miskin bisa menjadi lebih sejatera. Menurut bapak Rahmat Hidayat banyaknya masjid di Indonesia harusnya bisa mengubah mindset masyarakat yang tadinya penerima bantuan menjadi pemberi bantuan sehingga masjid bisa membawa dampak yang positif bagi masyarakat sekitar.
Sedangkan bagi bapak Zaitun Rasmin agar masyarakat bisa merdeka dari kemiskinan maka perlu adanya masyarakat yang terdidik, tercerahkan dan bijaksana. Jika masyarakat memiliki iman yang kuat dan pendidikan yang baik maka akan memiliki keyakinan untuk menarik hal baik dari alam semesta seperti kebahagiaan dan kesejahteraan.
Berdasarkan sejarah bangsa Indonesia kekuatan perubahan ada di masyarakat, terbukti hadirnya organisasi masyarakat dan lembaga filantropi bisa memberikan solusi lebih dari negara sehingga bisa mencontohkan sistem yang baik dan transparan.
Salah satu kelemahan negara ialah belum adanya data yang valid atau belum terpusat mengenai angka kemiskinan sehingga penanganan masalah kemiskinan masih terpisah. Pemerintah hanya fokus pemberian bantuan sosial atau bansos yang justru menjadi tempat rawan korupsi. Yang saat ini masyarakat butuhkan adalah lapangan kerja yang bisa mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.
Di satu sisi, belum adanya UU tentang pengelolaan zakat dan penetapan halal membuat potensi zakat yang begitu besar menjadi kurang optimal. Perlu inisiatif bersama dari berbagai pihak seperti lembaga filantropi agar menghasilkan kesepakatan untuk mengatasi kemiskinan secara terintegrasi.
Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga filantropi Islam yang berdiri lebih dari 32 tahun terus berinovasi agar semakin banyak masyarakat terlibat dengan mengadakan berbagai kegiatan. Data tahun 2024 menunjukkan, dana zakat, infak, sedekah, dan dana lainnya mencapai 40 triliun dengan pertumbuhan 25,3% lainnya dibanding tahun sebelumnya.
Acara sarasehan ditutup dengan peluncuran buku "Catur Windu Dompet Dhuafa" dan "Senyum Nabi" sebagai bukti perjalanan Dompet Dhuafa dalam mengurangi kemiskinan dan masalah sosial lainnya yang dihadiri oleh bapak Parni Hadi selaku inisiator dan Dewan Pembina Dompet Dhuafa serta bapak Ahmad Juwaini sebagai ketua pengurus Dompet Dhuafa.
Comments
Post a Comment