Dorong Motivasi Diri Untuk Memiliki Rumah Tanpa Hutang
Sejak lahir hingga dewasa saya
dibesarkan di rumah milik orang tua di Semarang. Walaupun bukan rumah mewah
namun orang tua tidak pernah dikejar hutang untuk mencicil rumah setiap bulan
karena dibeli dengan tunai. Semua perabotan pun dibeli dengan tunai tanpa
meminjam dari saudara atau bank. Prinsip untuk hidup sederhana tanpa hutang
terus diingatkan orang tua agar hidup lebih tenang tanpa tagihan dan bunga yang
memberatkan.
Sampai saat ini saya pun belum
tertarik untuk memiliki kartu kredit karena belum sanggup membayar tagihan
bulanan dan tidak ingin terbebani biaya hutang dengan bank. Hal lainnya yang
ingin saya miliki ialah rumah atau tempat tinggal yang dibeli dengan tunai.
Namun melihat inflasi setiap tahun dan tingginya bunga bank membuat saya kurang
yakin apakah bisa membeli rumah secara tunai. Banyaknya bank yang member kredit
murah untuk memiliki rumah terkadang mendorong saya apakah harus membeli rumah
dengan mencicil?
Apalagi dengan pendapatan yang belum
stabil terkadang membuat saya minder melihat rumah yang harganya mencapai
milyaran rupiah. Perasaan minder kemudian berubah ketika saya diundang untuk
menghadiri peluncuran buku “Strategi B25” & “Kata-Kata Lecutan Harian”
tanggal 12 Agustus 2016 di Central Park. Walaupun terlambat lima belas menit
dari pukul 14.00 namun terlihat banyak orang yang antusias hadir dan mendengarkan
penjelasan pak Cipto Junaedy terkait buku barunya.
Kata-kata motivasi pertama yang saya
dapatkan saat mendengarkan pak Cipto ialah “Berikan banyak kemudahan maka uang
akan follow dengan sendirinya” dan “Hidup kita lebih besar daripada rekening
atau gaji yang kita miliki”. Hal tersebut merupakan pengalaman nyata pak Cipto
dalam mengajak muridnya berpikir dan bermental besar. Karena banyak yang
menganggap dirinya kecil sehingga tidak layak memiliki rumah yang bagus. Padahal
dengan menerapkan strategi yang dituliskan dalam buku B25 banyak orang berhasil memiliki rumah
tanpa hutang.
Hutang bukan hal yang bisa disepelekan karena banyak kasus
kriminalitas dan bunuh diri berawal dari hutang. Saat ini banyak orang malah
bangga dengan gaya hidup konsumtif dengan berhutang ke bank melalui kartu
kredit. Maka dari itu pak Cipto mengajak masyarakat agar bisa memiliki rumah tanpa hutang dan bisa terbebas dari hutang. Salah satu teguran pak Cipto ialah “Jangan bangga
dengan kartu kredit platinum karena itu adalah hutang justru banggalah dengan kartu
debit karena merupakan tabungan sendiri.”
Pak Cipto pun menceritakan pengalaman
salah satu muridnya yang dulunya bekerja di Departement Store dengan penghasilan Rp. 700.000 per
bulan yang pesimis melihat harga properti senilai ratusan juta. Bahkan disaat
akan membeli properti pertamanya, ia rela menempuh jarak Karawang-Jakarta
dengan sepeda motor bahkan ia mengelap keringatnya dengan kanebo karena tidak
memiliki uang untuk membeli tissue basah. Namun kini ia berhasil memiliki
bisnis properti dengan aset sekitar 700 milyar tanpa uang tanpa hutang.
Mendengar ajaran pak Cipto tersebut, saya jadi
teringat pengalaman yang tidak menyenangkan atasan di tempat kerja sebelumnya
karena terlilit hutang puluhan juta dengan berbagai bank. Semenjak saat itu
saya belum berani memiliki kartu kredit karena tidak ingin hidup dikejar hutang
dan lebih suka berbelanja dengan kartu debit.
Ajaran lainnya yang diberikan ialah untuk
berani hidup dengan level berbeda salah satunya membahagiakan orang tua dengan
membelikan rumah bukan merebut warisan keluarga. Sering terjadi pula anak
memperkarakan orang tua karena ingin memiliki harta warisan secara singkat. Hal
ini tentu menjadi perhatian banyak orang dimana anak yang harusnya
membahagiakan orang tua bukannya menyakiti orang tua.
Tidak afdol jika menceritakan kisah
sukses jika hanya mendengarkan saja, pak Cipto juga mendatangkan beberapa orang
muridnya dari berbagai latar belakang pekerjaan. Mulai dari ibu rumah tangga,
arsitek, karyawan, dan lainnya mereka semua membuktikan dengan kemauan dan
kerja keras bisa menjadi pengusaha sukses. Agar bisa berhasil disarankan tidak
sekedar membaca bukunya saja namun juga melakukan sesi tatap muka seperti
halnya kita belajar menyetir mobil yang harus dipraktekkan langsung.
erakhir sebelum menutup acara, pak
Cipto mengajak tamu yang hadir untuk meninggalkan teladan yang baik di
masyarakat bukannya hutang dan meminta dukungan masyarakat agar berani meminta
pemimpin daerah menunjukkan jumlah hutang supaya memimpin banyak orang tanpa
hutang. Dan mulailah beramal bukan
sekedar membeli makanan dan pakaian yang berguna dalam waktu sebentar tapi
membelikan buku yang akan menjadi pengetahuan di masa depan. Pengetahuan akan
menjadi sebuah kekuatan jika bisa digunakan dengan baik dan bisa membantu orang
di sekitar kita.
Tak terasa dua jam sudah terlewati
dan pak Cipto mengakhiri peluncuran buku dengan mendoakan banyak orang agar
bisa memiliki properti sendiri tanpa hutang. Saya pun mengaminkan dan berharap
bisa menjadi kenyataan. Selesai menghadiri peluncuran buku, rasa optimis
menjadi lebih kuat dan saya yakin bisa memiliki properti untuk orang tua dan
diri sendiri dengan cara halal dan tanpa hutang. Supaya mengetahui strategi agar bisa memiliki bisnis properti
dengan lancar bisa membeli buku terbaru Strategi B 25 dan Kata-Kata Lecutan Harian yang tersedia di toko buku Gramedia terdekat.
Comments
Post a Comment