Impian Terbesarku Mempertemukan Ibu dengan Keluarga di Sulawesi

Sebagai seorang anak yang telah dilahirkan, dibesarkan dan dididik dengan penuh kasih sayang dari seorang ibu yang berperan sebagai orang tua tunggal, saya melihat perjuangan ibu saya sejak saya kecil. Perlahan-lahan saya mengetahui bahwa kisah hidup ibu saya penuh dengan liku-liku perjuangan. Ibu saya dilahirkan di Soppeng Sulawesi Selatan tanggal 31 Desember 1956. Sejak usia 16 tahun ibu saya sudah merantau dari Sulawesi Selatan ke Pulau Jawa di kota Sragen ikut paman dari ibu saya. Kemudian ibu disekolahkan di sekolah perawat RS dr Kariadi di Semarang seorang diri dan tinggal di asrama. Setelah lulus ibu saya pun bekerja sebagai perawat di RS Kariadi dibagian kamar bedah.


Di usia yang masih muda sekitar 21 tahun ibu menikah dengan bapak yang berprofesi sebagai dosen. Setelah setahun kakak saya lahir pada tahun 1980, bapak saya akan melanjutkan kuliah ke Malaysia maka ibu saya pun berhenti bekerja dan mengikuti suami dan mengurus anak. Tiga tahun kemudian ibu dan ayah pulang ke Indonesia dan menjadi dosen di perguruan tinggi negeri di kota Semarang.

Tahun 1984 saya lahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara. Semenjak saya lahir bapak sering bepergian ke luar kota menjadi pembicara seminar atau peneliti tentang sejarah, maka yang sering menghabiskan waktu berdua bersama saya dan kakak adalah ibu. Sekitar tahun 1989 bapak sering terkena penyakit karena memiliki penyakit turunan diabetes dan gaya hidup kurang sehat seperti merokok dan minum kopi.

Pada tahun 1991 ayah saya meninggal setelah beberapa bulan di rawat di rumah sakit karena penyakit yang parah, usia saya waktu itu sekitar 7 tahun dan kakak saya 12 tahun. Mau tidak mau ibu saya menjadi orang tua tunggal bagi kedua anaknya baik membesarkan juga mencari nafkah. Ibu pun mulai melamar bekerja di pabrik sepatu sebagai perawat klinik perusahaan. Beberapa bulan kemudian ibu ditawari bekerja di klinik kontasepsi di dekat rumah sebagai perawat. Semenjak saat itu ibu menjalani fungsi sebagai ayah yang mencari nafkah untuk membiayai anak-anaknya dan mendidik serta membesarkan anak sebagai seorang ibu.



Walaupun banyak masalah yang dihadapi ibu tetap tegar menjalani kehidupan dan berkeinginan besar anaknya menjadi sarjana dengan segala upaya. Bahkan di saat saya akan masuk perguruan tinggi ibu langsung menggadaikan perhiasan yang dimiliki agar bisa membayar uang masuk perguruan tinggi. Pengorbanan ibu sangat total untuk kedua anaknya bahkan di tahun 2002 ibu saya bekerja di dua tempat di pagi dan malam hari sebagai perawat di klinik yang berbeda agar bisa membiayai anaknya yang akan masuk ke perguruan tinggi.

Dengan uang pensiun yang seadanya karena bapak meninggal sebelum pensiun, ibu tetap bekerja sekuat tenaga untuk kedua anaknya. Bahkan ibu saya tidak berani mencicil kendaraan bermotor karena tidak mau dikejar hutang dan bisa memiliki pendapatan yang stabil. Semenjak bapak saya meninggal, ibu baru sekali pulang ke Sulawesi Selatan pada tahun 1992 saat saya berusia 8 tahun.

Bertahun-tahun ibu saya berjuang di Semarang jauh dari keluarga dan saudara, bahkan nenek saya pun baru bertemu ibu saya ketika tahun 2001 berpuluh - puluh tahun kemudian semenjak ibu merantau ke pulau Jawa. Tidak mudah bertahan hidup di kota yang asing jauh dari keluarga dan saudara apalagi tanpa dukungan suami. Ketika nenek saya meninggal di Toli Toli Sulawesi Tengah tahun 2003, ibu sangat sedih karena tidak dapat mendampingi di saat-saat terakhir karena keterbatasan biaya bahkan tidak sempat mengantar sampai tempat pemakaman.

Hal ini tentu membuat saya sedih melihat ibu saya jauh dari saudara dan keluarga yang ada di Sulawesi sehingga saya memiliki keinginan agar bisa membiayai ibu saya menemui keluarga di Sulawesi Selatan mulai dari pesawat, hotel, transportasi dan makanan. Bertahun-tahun saya berusaha dan berdoa agar di tahun 2015 saya dan ibu bisa menemui keluarga yang sudah dua puluh tahun belum sempat ditemui di Soppeng dan Makassar Sulawesi Selatan. 

Banyak hal yang saya pelajari dari ibu saya dalam membesarkan kami ialah dalam menghadapi masalah harus optimis dan kerja keras dalam bertahan hidup karena Tuhan tidak akan memberi masalah di luar kemampuan manusia. Terbukti ibu saya sanggup bertahan selama bertahun-tahun menjadi orang tua tunggal untuk membesarkan anaknya walaupun sampai sekarang tidak menikah lagi karena keyakinan dan usaha yang gigih agar bisa mengantarkan anaknya menjadi orang yang sukses.

Impian lainnya ialah saya ingin bisa membelikan rumah di Jakarta dan di Semarang agar ibu saya bisa memiliki tempat tinggal yang sehat dan layak di hari tuanya karena saat ini rumah yang di Semarang sudah tidak terawat lagi dan masih mengontrak di pinggiran Jakarta. Mungkin terdengar mustahil namun saya yakin jika kita berusaha dan berdoa sekuat mungkin pasti akan bisa terwujud bagaimanapun caranya. 



Termasuk ketika saya mengetahui jika www.jauhdekat.com mengadakan sayembara untuk membalas kebaikan ibu yang bertepatan dengan hari ibu di bulan Desember ini. Saya pun langsung ingin mengikuti sayembara ini karena bisa jadi melalui sayembara ini saya bisa mewujudkan impian terbesar saya yaitu membiayai tiket Jakarta - Makassar pp agar bisa mempertemukan kembali ibu dan keluarganya yang terpisah jarak ribuan kilometer sekian puluh tahun. 



Saya ingin melihat ibu saya bahagia dengan berkumpul dengan keluarga dan saudara di Sulawesi serta ziarah ke makam nenek saya di Toli - Toli Sulawesi Tengah karena bertahun-tahun ibu saya mengorbankan kebahagiannya untuk kesuksesan anaknya, sekarang saatnya saya sebagai anak yang membalas kebaikan ibu saya walaupun sedikit namun bisa berarti. Memang sebagai anak saya tidak bisa menggantikan kasih sayang, pengorbanan, dan doa yang diberikan kepada saya, namun saya pun berusaha menjadi anak yang baik, berbakti, berguna bagi orang tua saya. Perlahan-lahan saya berusaha membahagiakan ibu mulai dari hal yang terkecil dari berdoa, memberikan kejutan di hari ulang tahun, meminta maaf di hari lebaran dan membeli barang yang dibutuhkan.

Semoga dengan saya mengikuti sayembara www.jauhdekat.com, saya bisa bisa menjadi pemenang dan salah satu impian ibu untuk berkumpul dan ziarah ke Sulawesi bisa terwujud. Karena walaupun berupa voucher tiket namun itu sangat berarti bagi saya dan ibu. 

Comments

  1. Sedih tapi senang sekali, melihat mbak begitu tulus untuk mempertemukan ibu dengan saudara-saudaranya di tanah kelahirannya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lima Hal Yang Harus Dimiliki Pekerja Digital Masa Kini

ulasan film sokola rimba

PopBox Loker Multifungsi Untuk Berbagai Kebutuhan