Meningkatnya pembangunan infrastruktur di kota besar membuat industri baja terus berkembang dan mengalami peningkatan pesat setiap tahunnya. Pada 2024 ini, proyeksi permintaan baja akan mengalami peningkatan lebih lanjut sebesar 1,9% atau menjadi 18,49 juta metrik ton.
Selain permintaan industri baja terhadap kebutuhan dalam negeri untuk otomotif, properti dan lainnya peluang ekspor juga terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data yang dikeluarkan BPS, ekspor produk baja pada kurun waktu tersebut mengalami peningkatan sebesar 38,3% dari 3,81 juta ton menjadi 5,27 juta ton.
Dari sisi impor juga terjadi perkembangan positif di mana volume impor turun dari 3,91 menjadi 3,51 juta ton atau turun sebesar 10,2%. Perkembangan ini sesungguhnya merupakan kelanjutan tren positif sepanjang kurun waktu 5 tahun terakhir (2019-2023) di mana ekspor terus tumbuh dari 5,99 juta ton pada tahun 2019 menjadi 18,19 juta ton pada tahun 2023 atau tumbuh sebesar 204% sedangkan impor mengalami penurunan sebesar 10,2% dari 17 juta ton pada tahun 2019 menjadi 14,8 juta ton pada tahun 2023.
Perbaikan kinerja impor, khususnya penurunan volume impor produk baja, tak lepas dari dukungan kebijakan pengendalian impor yang dilaksanakan oleh Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan. Kementerian Perdagangan juga membantu meningkatkan kapasitas ekspor dengan mempermudah perizinan, keringanan bea masuk dan membuka pasar baru sehingga meningkatkan surplus perdagangan.
PT Tata Metal Lestari sebagai produsen baja lapis membuat gebrakan dengan mengekspor bajadengan merek dagang Nexalume, Nexium, dan Nexcolor ke tiga negara yaitu Australia, Kanada, dan Puerto Rico. Pelepasan ekspor ini dilakukan di Purwakarta tanggal 21 Juni 2024 yang dihadiri langsung Menteri Perdagangan Bapak Zulkifli Hasan.
Pada sambutannya bapak Zulkifli mengatakan ekspor yang dilakukan oleh PT Tata Metal Lestari telah membuat neraca perdagangan surplus dalam empat tahun terakhir. Terutama negara Australia yang selama ini Indonesia banyak mengimpor dibanding mengekspor sehingga ekspor baja ini bisa membantu menambah pemasukan negara.
Pelepasan ekspor baja tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico senilai USD 808.262 oleh PT Tata Metal Lestari ini merupakan kolaborasi nyata antara pemerintah dan pelaku usaha yang ditujukan untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas Indonesia, termasuk peningkatan ekspor produk baja Indonesia ke pasar global.
Selanjutnya Vice President Operations PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi menerangkan dari tahun 2018 sampai tahun 2022 volume ekspor secara total terlihat selalu meningkat. Sementara pada Q1 2023, volume ekspor produk baja dengan Kode HS 72 dan 73 mengalami kenaikan sebesar 8,2 persen atau menjadi 3,18 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022.
PT Tata Metal Lestari semakin yakin untuk lebih bergerak ke arah pasar ekspor. Untuk, saat ini, dari produksi kami sebesar 85% dari kapasitas, 30% nya kami dedikasikan untuk ekspor. Kontribusi penjualan ekspor adalah 25% hingga 30% dari total revenue. Hal ini membuktikan bahwa kualitas dan harga yang kami berikan kepada pasar global diterima dengan baik.
Mendengar sambutan dan penjelasan dari bapak Zulkifli juga bapak Stephanus membuat saya bangga akan inovasi perusahaan dalam negeri yang bisa tembus ke pasar internasional. Hal ini membuktikan kualitas produk dalam negeri dapat lebih baik dari produk asing sehingga masyarakat perlu bangga memakai produk buatan Indonesia.
Semoga ekspor yang dilakukan PT Tata Metal Lestari bisa terus meningkat dan menjangkau negara lebih banyak lagi sehingga bisa membawa dampak positif di masyarakat baik di Purwakarta maupun secara luas.
Comments
Post a Comment