Menjadi Pioneer Dalam Investasi Skala Besar Di Banten
Sebagai provinsi yang baru berdiri sejak tahun 2000, Banten terdiri dari empat kota dan kabupaten yang memiliki banyak potensi baik dari geografis maupun sumber daya manusia. Namun sayangnya berita yang dimuat di media massa sebagian besar berita negatif seperti kemiskinan, kisruh politik, dan infrastruktur yang belum layak.
Padahal selain itu banyak hal positif yang kini juga berkembang di daerah Banten yang layak diapresiasi. Misalnya budaya, pariwisata, kerajinan tangan dan potensi alamnya. Memang tidak mudah membangun Banten karena wilayah yang luas, persebaran penduduk yang tidak merata, dan tingkat pendidikan yang masih rendah.
Namun perlahan beberapa masalah di Banten bisa berkurang dengan bantuan pihak swasta atau perusahaan skala besar. Salah satunya ialah PT Cemindo Gemilang sebagai pemegang merek Semen Merah Putih yang berinisiatif berinvestasi mendirikan pabrik di daerah Bayah kabupaten Lebak Banten. Diawali dengan temuan bahwa di daerah Bayah memiliki kandungan untuk bahan baku untuk semen hingga ratusan tahun.
Awalnya banyak orang yang pesimis dan enggan untuk berinvestasi di Banten karena biaya infrastruktur dan sosial yang tidak sedikit. Dengan data dan keyakinan yang kuat, maka PT Cemindo membangun pabrik dan juga infrastruktur sebagai sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, tempat ibadah, dan fasilitas kesehatan.
Dengan dana mencapai triliunan, pabrik Semen Merah Putih berdiri megah di atas lahan puluhan hektar yang berbatasan dengan pantai dan hutan. Sebagai perusahaan Indonesia, Semen Merah Putih juga menggunakan kearifan lokal dengan menggunakan badak sebagai logo karena binatang tersebut merupakan binatang khas provinsi Banten.
Selain itu Semen Merah Putih menyerap ratusan pekerja yang berasal dari masyarakat sekitar, melakukan pelebaran dan perawatan jalan, dan memberdayakan UKM lokal. Semua ini saya lihat langsung saat mengunjungi pabrik Semen Merah Putih yang terletak di Bayah pada tanggal 11 Agustus 2017.
Beberapa keunikan yang terdapat di pabrik ini ialah kontur pabrik yang berbentuk terasiring dimana tidak ditemui di pabrik semen lainnya, ketika memasuki kantor utama karyawan pun melepas sepatu dan memakai sandal alasannya ingin menghargai tim lapangan yang masuk ke kantor utama yang melepas sepatu.
Bagi pak Ari Wahyu sendiri sebagai HR/GA Manager Semen Merah Putih, yang dimaksud orang lokal ialah penduduk yang juga menetap dan beraktivitas di Bayah. Sehingga jika ada yang menanyakan kontribusi Semen Merah Putih beliau pun menjawab dengan yakin jika masyarakat sudah diberikan kesempatan untuk bekerja terbukti beberapa karyawan merupakan penduduk asli Bayah.
Sebagai pabrik Semen yang membutuhkan listrik sebagai penunjang utamanya, Semen Merah Putih juga membangun pembangkit listrik tenaga surya agar tidak tergantung dengan PLN yang masih terbatas di daerah Bayah. Untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi yang juga diekspor, pabrik juga memiliki beberapa laboratorium dari lab fisika,kimia, lab proses atau tahap akhir. Tujuannya ialah bisa memenuhi standar internasional baik standart Amerika atau British untuk ekspor ke beberapa negara asing.
Untuk membuktikan kontribusi Semen Merah Putih saya dan teman blogger lainnya diajak mengunjungi puskesmas Bayah yang pada bulan Agustus ini juga terdapat bulan kesehatan dimana masyarakat bisa berobat secara gratis. Puskesmas ini terdiri dari dua lantai dimana terdapat beberapa poli dari poli umum, anak, gigi, mata, ibu dan anak.
Puskesmas Bayah juga memiliki ruangan untuk rawat inap baik untuk laki-laki, perempuan, dan anak-anak bahkan ada ruangan gawat darurat yang juga dilengkapi mobil ambulans sumbangan dari Semen Merah Putih. Bahkan di puskesmas juga terdapat asrama untuk paramedis dan beroperasi selama 24 jam. Dengan adanya puskesmas masyarakat Bayah merasa terbantu karena bisa berobat dengan mudah tanpa harus ke rumah sakit apalagi dengan adanya BPJS atau biaya yang murah.
Selanjutnya kami pun mengunjungi UKM binaan Semen Merah Putih yaitu ibu Amanah yang memproduksi keripik dan sale pisang. Pisang yang digunakan merupakan pisang ambon dan pisang kepok yang banyak terdapat di daerah Lebak. Dengan bahan alami dan proses manual keripik pisang bisa bertahan hingga lebih sebulan tanpa menggunakan pengawet.
Dengan adanya dukungan Semen Merah Putih, keripik pisang dikemas lebih rapi dan diberi nama Jago Rasa sehingga layak dijual ke tempat yang lebih profesional. Walaupun telah jatuh bangun karena gagal mendapatkan bantuan modal dan ijin produksi, bu Amanah tetap semangat memproduksi dan memasarkan ke beberapa toko di sekitar Bayah.
Setelah makan siang dan solat Jumat kami pun kembali ke pabrik untuk melihat proses produksi dimulai dari ruang kontrol yang terdiri beberapa layar besar yang dikendalikan karyawan untuk mengawasi proses produksi berlangsung. Kemudian kami melihat beberapa laboratorium dan sampel bahan baku serta hasil sebelum dijual di pasar.
Terakhir yang saya tunggu ialah menaiki bangunan pabrik yang tingginya diatas 100 meter dimana bisa melihat pemandangan menarik mulai dari pantai, bukit, pelabuhan dan "chrismas island" pulau dimana tempat imigran Iran atau Timur Tengah. Karena lokasi pabrik yang berdekatan dengan pabrik, maka pelabuhan menjadi sarana utama untuk mengirim hasil produksi ke beberapa pulau di Indonesia. Dengan mengirim melalui kapal, barang yang dikirim bisa menjadi lebih banyak dan menghemat biaya operasional dibandingkan melalui jalur darat.
Meskipun pabrik Semen Merah Putih sudah berdiri megah namun masih akan dikembangkan lagi terlihat dari maket pabrik yang direncanakan hingga tahun 2018. Hal ini menunjukkan keseriusan Semen Merah Putih dalam berinvestasi dan menjadi perusahaan semen lokal yang profesional di tingkat nasional maupun internasional.
Upaya investasi Semen Merah Putih kini mulai membuahkan hasil karena mampu bersaing dengan produsen semen lokal atau asing dengan menjadi perusahaan terbesar keempat penghasil semen di Indonesia. Selain itu pemerintah kabupaten Lebak pun merasa banyak terbantu di bidang infrastruktur, kesehatan dan ekonomi. Dengan menjadi pioneer perusahaan yang berinvestasi di Lebak maka membuka jalan bagi pihak swasta lainnya berinvestasi di daerah terutama Banten.
Jika sebelumnya banyak perusahaan enggan beinvestasi di Bayah Banten, kini beberapa perusaahan besar lainnya akan menyusul berinvestasi untuk membangun sarana pariwisata di dekat Sawarna. Hal ini memberikan inspirasi bagi saya untuk berani mengambil resiko karena jika memiliki keyakinan dan hasil riset yang kuat maka beberapa hambatan bisa diatasi dengan baik serta memberikan manfaat untuk masyarakat sekitar.
Comments
Post a Comment