Melestarikan Ekosistem Pesisir Pantai Melalui Komunitas Andespin
Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 99.083 km sehingga menjadi peringkat kedua di dunia negara dengan garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada. Kita patut bangga karena dengan garis pantai tersebut membuat Indonesia kaya akan pantai dan ekosistem laut juga pesisir yang beraneka ragam.
Keindahan akan laut Indonesia tidak perlu diragukan lagi karena banyak spot menarik untuk diving atau snorkeling dari Sabang sampai Merauke. Sayangnya masih banyak manusia yang kurang peduli menjaga kebersihan lingkungan sehingga banyak sampah yang mengotori pantai juga laut.
Kesadaran untuk menjaga terumbu karang dan hutan mangrove juga masih rendah karena banyak nelayan atau penduduk yang mengambil kayu dari mangrove untuk membangun rumah, kapal dan lainnya. Jika dibiarkan maka ekosistem di pesisir pantai lambat laun akan rusak dan merugikan banyak pihak termasuk nelayan juga masyarakat sekitar.
Hal ini lah yang dilihat dan dirasakan David Hidayat pemuda asal Nagari Sungai Pinang Pesisir Selatan Sumatera Barat. David yang kuliah di Universitas Bung Hatta jurusan Perikanan dan Kelautan tergerak untuk memperbaiki keadaan dimulai langkah kecil yaitu mendirikan komunitas Andespin (Anak Desa Sungai Pinang) dan menanam bibit mangrove skala kecil 100-200 buah di tahun 2014.
Kegiatan selanjutnya ialah melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menjaga mangrove, melestarikan terumbu karang, membersihkan sampah di pantai dan membudidayakan rumput laut. Awalnya kegiatan David tidak mendapat dukungan keluarga juga masyarakat karena menganggap sarjana harusnya kerja di ibukota dengan memakai dasi dan pakaian rapi bukan kembali ke kampung.
Namun David tidak menyerah karena dengan ilmu yang ia dapatkan dari kampus justru akan lebih tepat diterapkan di pantai agar warisan alam yang sudah ada bisa lestari hingga generasi mendatang. Bersama komunitas Andespin David terus melakukan edukasi kepada nelayan, pelajar, petani dan masyarakat.
Kegiatan menanam bibit mangrove yang dilakukan Andespin mulai mendapat dukungan dari pergurun tinggi dan organisasi pecinta lingkungan bahkan lembaga pemerintah. Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar serta Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang ikut menyumbangkan bibit mangrove sehingga saat ini lebih dari 50.000 bibit mangrove ditanam oleh komunitas Andespin bekerja sama dengan dinas, lembaga, dan sebagainya.
Konsistensi dan kerja keras David membuahkan hasil masyarakat pelan-pelan mulai peduli karena mangrove yang ditanam efektif menahan pasang air laut. Hutan mangrove yang semakin rimbun membuat satwa liar kembali datang seperti enggang kerap singgah, begitu pula dengan beruk, ular, udang, dan kepiting bakau
sumber : instagram @andespindeepwestsumatera
Comments
Post a Comment