Melanjutkan Cerita Anak Betawi Dalam Si Doel The Movie

Anak betawi ketinggalan jaman Katenye, anak betawi nggak berbudaye katenyee... 

Itulah sepenggal lirik lagu soundtrack sinetron yang tayang di televisi tahun 90an dan awal 2000. Sinetron Si Doel Anak Sekolahan pernah menjadi sinetron dengan rating tertinggi di Indonesia yang ditonton anak-anak sampai dewasa. Dengan jalan cerita yang sederhana, lucu, realistis namun terdapat pesan moral membuat Si Doel disukai masyarakat Indonesia hingga saat ini.  



Setelah vakum bertahun-tahun, Rano Karno bekerja sama dengan Falcon Pictures mengangkat kembali sinetron yang ditunggu banyak orang ke layar lebar. Kabar ini disambut antusias termasuk saya yang ingin mengetahui kelanjutan cerita antara Zaenab, Sarah dan Doel. 



Tidak hanya itu dalam Si Doel juga terdapat banyak kenangan yang masih terasa mulai dari pemain senior almarhum Benyamin Sueb, almarhum Basuki, ibu Aminah, oplet, rumah, dan budaya Betawi yang melekat. 
 
Semua elemen itu ternyata masih dipertahankan dalam film "Si Doel The Movie" dan menjadi pembuka yang manis untuk mengingatkan penonton akan dialog yang pernah diucapkan dalam sinetron. 

Upaya Rano Karno mempertahankan keaslian lokasi dan kenangan dalam film patut diapresiasi karena tidak mudah setelah vakum bertahun-tahun. Yang patut diacungi jempol adalah ibu Aminah Cendrakasih yang masih bisa berakting walaupun dalam keadaan sakit dan hanya bisa berbaring diatas tempat tidur. 

Cerita film menjadi hidup dengan akting Mandra, Suti Karno dan Adam sebagai Hans ketika berada di Belanda. Dengan keluguan akan perbedaan budaya antara Betawi dan Belanda membuat penonton tertawa dari awal sampai akhir film. 

Sosok Doel yang religius digambarkan dengan baik tanpa menggurui, Zaenab yang lembut namun lemah juga masih tergambar dalam film, Sarah yang mandiri namun sensitif menjadi kombinasi yang menarik dalam film. 

Ekspresi Rano yang datar membuat banyak penonton gemas namun saya justru menyukai karena sejak di sinetron sudah seperti itu walaupun sikap atau cara pengambilan keputusan kurang tepat. Saya yang awalnya khawatir menonton Si Doel menjadi bosan karena membaca beberapa ulasan teman, justru terharu dengan adegan anak dan ayah di akhir film. 

Kesan menonton film Si Doel menjadi menarik bagi saya karena emosi penonton bercampur antara tertawa lucu karena tingkah Mandra dan terharu melihat Mak Nyak serta Doel dengan anaknya. Saya justru merasa durasi kurang lama karena kurang mengeksplore beberapa tempat misalnya museum Tropen yang terdapat paviliun Indonesia atau tempat wisata lainnya yang banyak dikunjungi orang Indonesia. 



Bagi saya menonton Si Doel The Movie bukan sekedar menonton cinta segitiga antara Doel, Zaenab dan Sarah namun juga upaya sineas Indonesia mengangkat budaya Betawi ke layar lebar. Masyarakat butuh tontonan seperti ini dimana bisa menghibur namun juga ada sisi moral dan budaya lokal yang menjadi identitas orang Indonesia. 

Selamat untuk tim produksi Si Doel The Movie yang akhirnya bisa mewujudkan impian Mak Nyak untuk melanjutkan cerita dan gak sabar melihat kelanjutan ceritanya dengan pemain yang lebih bervariatif seperti Munaroh serta mba Nunung yang juga pernah menjadi bagian sinetronnya. 

Terima kasih juga atas kesempatan menonton bareng tanggal 5 Agustus di Senayan City dari Blogger Crony bersama dua pemain yaitu Ahong dan Hans yang ramah terhadap penggemarnya. Semoga bisa kembali menonton kelanjutan film Si Doel The Movie. Bagi yang belum sempat menonton segera ke bioskop terdekat untuk menonton film yang diangkat dari sinetron legendaris di televisi di bulan Agustus ini.






Comments

  1. Sikap dirl emang bikin gemes. Kita bantuin yuk memilih Perempuan yang cocok jadi idamannya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lima Hal Yang Harus Dimiliki Pekerja Digital Masa Kini

ulasan film sokola rimba

PopBox Loker Multifungsi Untuk Berbagai Kebutuhan