Ciptakan Generasi Berkarakter Dengan Pendekatan Teknologi

Sejak hadirnya internet di masyarakat, teknologi semakin berkembang mengikuti pola hidup yang semakin dinamis. Teknologi banyak memberi kemudahan untuk kehidupan manusia salah satunya mempermudah kesempatan untuk belajar.



Kesempatan untuk mendapatkan ilmu kini terbuka lebar. Hal ini patut kita syukuri karena sebelumnya pendidikan hanya untuk golongan tertentu dan mempelajari bidang yang sedikit.

Sekarang semua orang bisa menjadi pintar bahkan bisa menembus batasan antar negara. Majunya teknologi tentu harus dibarengi dengan karakter positif agar bisa membawa manfaat di masyarakat.

Krisis moral yang terjadi di masyarakat salah satu penyebabnya ialah pendidikan. Misalnya masih banyak sekolah atau guru yang mentargetkan nilai ujian yang bagus atau tinggi bukan moral atau sopan santun.

Dampaknya banyak anak yang memiliki nilai kurang tinggi menjadi tidak diterima dan melampiaskan dalam bentuk keributan atau masalah sosial.

Padahal setiap anak lahir dengan kecerdasan atau keistimewaan yang unik sehingga bakat atau minat anak harus didorong untuk berkembang. Sekarang pihak sekolah sudah mulai mendukung bakat siswa selain akademis misalnya menyanyi, menari, olah raga atau lainnya.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan juga sudah mulai memperbaiki sistem pendidikan perlahan-lahan. Dimulai sistem zonasi sekolah supaya semua siswa bisa mendapatkan kualitas pendidikan yang sama dan tidak menumpuknya siswa berprestasi di satu sekolah saja.



Selain itu menurut bapak Ade Erlangga sebagai Kepala Biro Komunikasi Dan Layanan Masyarakat pada acara Pekan Perpustakaan Kemendikbud tanggal 3 Desember 2019,  guru harus berkarakter agar anak-anak bisa memiliki karakter yang positif. Perubahan harus dimulai dari dalam kelas misalnya interaksi guru dengan murid, mendorong siswa untuk menulis, menumbuhkan empati, mendorong semangat untuk berkembang dan saling terbuka.

Untuk itu kini telah ditunjuk beberapa guru pilihan dari berbagai daerah di Indonesia untuk diberi pelatihan intensif mengenai karakter, teknologi dan integritas. Berkat teknologi kecurangan saat ujian nasional kini bisa diminimalisir karena menggunakan sistem komputer. Tidak hanya itu sistem kelulusan tidak hanya berdasarkan nilai ujian tapi juga keaktifan dan perilaku anak di sekolah.



Melihat akses internet yang kini banyak digunakan di rumah, Kemendikbud bersama Pustekkom menghadirkan inovasi berupa aplikasi Rumah Belajar. Aplikasi ini memberikan kesempatan siapa pun bisa mendapatkan pendidikan selain di dalam ruang kelas.



Hasan Chabibie sebagai ahli teknologi pendidikan mengikuti hadist nabi yang berpesan agar mendidik anak-anakmu sesuai zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan zamanmu. Karena sekarang era teknologi yang interaktif, maka anak-anak lebih mudah belajar dengan menggunakan teknologi yang mudah diakses bersama orang tua.



Menghadapi era industri 4.0 di masa mendatang, generasi Z atau alfa diperkirakan akan bekerja pada bidang yang baru atau belum pernah ada. Untuk itu kreativitas dan kolaborasi harus ditumbuhkan sejak anak-anak. Tentu dibarengi dengan karakter positif untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan yang semakin beragam. Lima karakter utama yang akan menjadi prioritas pendidikan antara lain religius, integritas, nasionalis, mandiri dan gotong-royong.




Saya lalu mengunduh aplikasi Rumah Belajar pada ponsel pintar, ada beberapa fitur antara lain sumber belajar, laboratorium maya, bank soal, kelas digital, buku sekolah elektronik, pengembangan keprofesian berkelanjutan, peta budaya dan wahana jelajah angkasa.





Fitur ini menurut saya akan sangat membantu apalagi menjelang ujian akhir sekolah dimana membutuhkan latihan soal yang beragam. Dengan membuka bank soal maka bisa mendapatkan latihan soal sesuai jenjang sekolah tanpa harus membeli buku bank soal yang tebal. Ada juga video pembelajaran untuk membantu siswa atau guru memahami pelajaran lebih mudah karena disampaikan secara interaktif.



Rumah Belajar bisa diakses melalui ponsel pintar, PC, laptop secara gratis dan terbuka untuk siapapun untuk belajar. Sampai saat ini Rumah Belajar sudah digunakan jutaan orang dan dilihat puluhan juta pengguna.

Untuk guru yang terlibat untuk membuat bahan ajar sebanyak 100 orang berbasis Teknologi Informasi Komunikasi dalam tiga tahun. Guru ini disebut sebagai guru penggerak yang memberikan inovasi dan menyebarkan Rumah Belajar. Pustekkom juga melibatkan 1000 perpustakaan dan taman baca sebagai sahabat rumah belajar. Jika ada taman baca atau perpustakaan yang ingin mengenal lebih dekat Rumah Belajar, Pustekkom akan memberikan training singkat secara gratis.

Mari gunakan teknologi untuk mempermudah pendidikan dan menciptakan generasi berkarakter dengan integritas. Info lengkap mengenai Rumah Belajar bisa ikuti akun instagram @belajar.kemdikbud.

















Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lima Hal Yang Harus Dimiliki Pekerja Digital Masa Kini

ulasan film sokola rimba