Review Film Imperfect : Saatnya Ubah Rasa Insecure Menjadi Bersyukur

Seringkali kita baik pria dan wanita tidak nyaman dengan penampilan diri sendiri. Apalagi melihat iklan di media massa yang menampilkan perempuan cantik bertubuh langsing, rambut hitam lurus panjang dan berpipi tirus. Image cantik seperti itu sebetulnya sudah tidak relevan karena setiap perempuan terlahir cantik dengan kelebihan maupun kekurangannya. 



Standar cantik kini perlahan-lahan sudah mulai berubah karena mulai bermunculan bintang iklan berkulit eksotis dan berambut pendek seperti Tara Basro atau bermata sipit seperti Kelly Tandiono. Namun penilaian fisik di masyarakat masih banyak ditemui misalnya di perkantoran dimana karyawan yang lebih cantik lebih mendapat perhatian dan pujian dari lingkungannya. 

Karena standar dan penilaian itu lah membuat sebagian orang termasuk saya menjadi minder atau kurang percaya diri. Apalagi memasuki usia 30an lemak mulai menumpuk di perut, paha dan sebagian wajah. Rasa tidak nyaman sempat saya rasakan apalagi jika harus berfoto selfie atau menghadiri acara tertentu. 

Rasa ini terus saya lawan dengan berolah raga agar tubuh sehat, merawat tubuh dan bersyukur setiap harinya. Nah beberapa bulan lalu saya sempat membaca bahwa Ernest Prakasa akan membuat film drama terbaru yang diambil dari pengalaman pribadi istrinya Meira Anastasia yang berkaitan dengan standar penampilan perempuan. 



Saya pun penasaran akan film ini, Imperfect menjadi salah satu film Indonesia yang saya tunggu untuk ditonton bulan Desember 2019. Saya pun berkesempatan hadir dalam acara Gala Premier Imperfect bersama teman saya Mutia tanggal 10 Desember 2019 di Epicentrum XXI. 



Film diawali Rara kecil yang dilahirkan gemuk, berkulit gelap dan rambut ikal seperti ayahnya. Sedang adiknya Lulu memiliki fisik yang putih, kurus dan berambut lurus seperti ibunya yang model. Sejak kecil Rara selalu dibandingkan adiknya dan merasa kehilangan karena ayahnya yang selalu mendukung meninggal dunia. 

Saat dewasa Rara diperankan Jessica Mila kerja di perusahaan kosmetik bagian riset, memiliki pacar fotografer tampan Andika dimainkan Reza Rahadian, punya sahabat yang lucu dan asik Fey dibintangi Shareefa Danish. Selain bekerja Rara juga aktif mengajar anak-anak kurang mampu setiap minggunya bersama Andika. 

Suatu hari atasan Rara mengundurkan diri dan sebetulnya Rara punya peluang besar karena kepintaran dan prestasinya. Namun karena ada kendala fisik, yang direkomendasikan untuk naik jabatan akan diberikan kepada orang lain yang lebih cantik dan lebih muda. 




Karena Rara ingin membuktikan kemampuan dirinya, ia pun meminta bantuan adiknya Lulu untuk merubah penampilan mulai dari menurunkan berat badan, belajar make up dan memakai sepatu high heels ke kantor. Perubahan fisik berhasil membuat Rara naik jabatan dan diterima di lingkungan kantornya. 

Di sisi lain sikap Rara yang lebih mementingkan kecantikan fisik membuat hubungannya dengan Fey dan Andika renggang. Padahal Andika sedang menyiapkan pesta ulang tahun ke 28 bersama murid-muridnya dan Fey selalu mendukung dan menerima kekurangan Rara. 

Rara lalu sadar akan perubahannya dan memperbaiki dengan mengajak ketiga anak kos yang tinggal di rumah Andika membuat kejutan. Lulu adik Rara yang selama ini terlihat cantik ternyata memiliki rasa tidak nyaman karena pipinya yang chubby dikomentari oleh pacarnya yang selebgram dan pengikutnya di social media. 



Semua pemain memiliki rasa tidak nyaman dengan tubuhnya mulai dari rambut, gigi, dada, pipi dan lainnya yang disampaikan dengan cara menghibur bahkan membuat saya tertawa. Masalah dan dialog pemain semua bagi saya mudah dicerna karena pernah saya alami dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Apakah Rara berhasil membuktikan kemampuannya, menjadi diri sendiri dan menyelesaikan target perusahaan terkait kecantikan perempuan Indonesia? Tonton film Imperfect di bioskop terdekat mulai tanggal 19 Desember 2019 bersama keluarga atau teman. 

baca juga 99 nama cinta 

Kerja keras Ernest Prakasa dan tim membuat film ini menurut saya berhasil mempengaruhi saya bahwa penampilan tidak sempurna bukan berarti membuat kita menjadi orang tidak baik. Bahwa memiliki penampilan cantik belum tentu membuat bahagia dan sudah saatnya menghargai penampilan diri sendiri maupun orang lain.




Kadang kita sibuk membandingkan diri dengan orang lain apalagi dengan media sosial yang kerap memperlihatkan kesenangan dan kemewahan membuat kita lupa bersyukur bahwa banyak kemudahan yang sudah didapatkan. Pesan yang saya dapatkan setelah menonton Imperfect adalah gak papa kok tampil tidak sempurna, bersyukurlah dengan apa yang dimiliki, dan berani untuk jadi diri sendiri. 



Saya apresiasi peran Jessica Mila yang mau menaikkan berat badan dan tampil tidak cantik untuk film ini. Kehadiran Shareefa Danish yang identik dengan film horor menjadi penyegar mengingatkan saya akan Awkwafina dalam film Crazy Rich Asia yang asik dan mencuri perhatian.


sumber : kincir.com

Buat yang ingin menonton film drama komedi yang menghibur namun menyentuh film Imperfect jadi rekomendasi yang asik buat ditonton apalagi film ini sudah lama disiapkan dan relevan dengan isu sekarang yang sedang marak di media sosial yaitu body shaming dan bullying. Jika ingin mengubah rasa tidak nyaman menjadi bersyukur menonton film Imperfect menjadi pilihan tepat untuk memberi tahu dengan cara yang menghibur.














Comments

  1. Bukunya juga dapat apresiasi yang cukup waw. Karena menyadarkan bahwa sejatinya, kita selalu punya kekurangan. Tapi, harus tetap diterima mau bagaimanapun itu. Dan sukaa banget sama cara penyampaian pesannya. Sekarang... Giliran penasaran sama filmnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. filmnya bagus banget menghibur dan menginspirasi apalagi buat yang generasi yang aktif di media sosial :)

      Delete
  2. Nice review, Sa. Memang film yang wajib tonton. Btw jadi keinget mau nonton film Crazy Rich Asian.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lima Hal Yang Harus Dimiliki Pekerja Digital Masa Kini

ulasan film sokola rimba