Saatnya Dukung Kesetaraan Gender Dan Perlindungan Anak Melalui Media Sosial

Beberapa minggu lalu media sosial sempat dihebohkan kasus foto mesra seorang vokalis band dan janda almarhum ustad ternama yang lalu terdapat informasi kalau terjadi poligami. Selain itu juga kasus video pelabrakan seorang remaja dengan wanita yang diduga selingkuhan ayahnya. Kedua foto atau video menjadi viral di media sosial dan menjadi buah bibir di masyarakat. 


Setelah menjadi viral, yang menjadi bahan bullyan atau pembicaraan ialah sosok wanita yang telah melakukan poligami diam-diam dan merebut suami orang. Istilah pelakor pun muncul yang juga disebut perebut laki atau suami orang. Padahal kasus perselingkuhan atau poligami terjadi tidak hanya satu pihak saja tapi dua pihak yaitu laki-laki dan perempuan. 

Namun di masyarakat yang selalu disalahkan ialah perempuan. Dalam sudut pandang media massa perempuan selalu dijadikan korban atau kambing hitam. Peran laki-laki juga sama pentingnya dengan perempuan malah timbul kesan laki-laki selalu benar. Setiap ada kasus pemerkosaan atau penggrebekan lokalisasi pada media massa perempuan menjadi sosok yang harus disalahkan dan mendapat sanksi sosial. Sedangkan pria yang melakukan kejahatan tidak diekspos bahkan dibiarkan begitu saja. 

Fenomena ini terjadi di Indonesia sudah bertahun-tahun dan sudah saatnya untuk dirubah. Pemerintah melalui Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak terus berupaya melakukan edukasi pada masyarakat. Keberadaan perempuan yang masih tertinggal di berbagai sektor membuat Kementrian Pemberdayaan Perempuan terus bekerja bahkan sejak pertama kali didirikan pada tahun 1978 dengan nama Menteri Peranan Wanita.





Banyaknya tantangan yang harus dihadapi serta kemajuan teknologi membuat Kementrian Pemberdayaan Perempuan mengadakan netizen gathering dengan tema "Menciptakan Konten Kreatif Berbasis Kesetaraan Gender, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak" pada tanggal 30 November 2017 di Hotel Atlet Century.



Ibu Ratna Susiawati selaku Asisten Deputi Bidang Infrastruktur dan Lingkungan mengatakan tantangan global yang dihadapi Indonesia dalam menyelesaikan Sustainable Development Goals (SDG) dimana ada 17 target salah satunya ialah tingginya angka kematian ibu dan anak. Semua target dalam SDG membutuhkan peranan perempuan karena dalam kehidupan atau berbagai aspek berkaitan dengan perempuan.



Salah satu yang penting ialah kesetaraan gender dimana perlu pemahaman yang tepat kalau gender bukan perempuan tapi bagaimana berbagi tugas atau peran antara berbagai kelompok dalam masyarakat seperti pria, wanita, lansia, dan difabel. Kodrat perempuan hanya empat yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, dan menyusui. Sehingga kodrat bukan gender maka selain keempat kodrat tersebut perempuan bisa melakukan pekerjaan seperti halnya laki-laki.





Lalu mengapa kesetaraan gender selalu dikaitkan dengan perempuan? karena perempuan di berbagai sektor masih tertinggal dan belum mendapat kesempatan yang sama dengan pria. Pemerintah pun berupaya dalam mengupayakan kesetaraan gender dengan strategi mengupayakan pemerintahan yang transparan, pembangunan berkelanjutan, dan kesejahteraan anak.

Selain isu kesetaraan gender perlindungan anak pun masih menjadi tantangan bersama yang harus diselesaikan. Banyaknya kasus pelecehean dan kekerasan pada anak dilakukan oleh orang terdekat. Kebanyakan korban enggan melaporkan karena malu dan trauma psikologis sehingga pelaku tidak mendapat hukuman atau jera.

Melihat hal ini pemerintah berupaya dengan membentuk Satgas Perlindungan dan Pencegahan Anak dan program Three Ends yaitu akhiri kekerasan terhadap perempuan, akhiri kesenjangan ekonomi dan anak dan akhiri perdagangan manusia. Untuk mengatasi atau merespon keluhan atau masukan dari masyarakat pemerintah pun membuka saluran telepon yang dapat dihubungi yaitu 0821-2575-1234. Semua program ini yang terpenting ialah kesadaran masyarakat untuk melapor dan mencegah kekerasan pada anak.

Berbicara kekerasan pada anak menurut kang Maman Suherman penulis buku dan pakar kriminologi Indonesia menjadi negara nomer satu tempat kejahatan pedofil bagi Australia. Hal ini terjadi rendahnya kesadaran masyarakat akan perlindungan anak. Ketika orang Australia mengirim uang kepada keluarga miskin dan meminta foto atau video bugil anak-anak dengan mudahnya orang tua mengirim karena telah diberi uang.

Diskrimasi lainnya terhadap perempuan ialah adanya tes keperawanan sebelum bekerja. Hal ini membuat perempuan merasa tidak nyaman dan tidak menjadi indikator norma dalam masyarakat. Jika ada tes keperawanan maka juga perlu tes keperjakaan bagi laki-laki. Maka tidak boleh ada tes keperawanan di Indonesia karena membuat orang menghakimi perempuan sebelum berkarya.

Kang Maman pun mengajak netizen bersikap kritis dengan tidak membully perempuan di media sosial. Tapi juga mendorong pria untuk berani bertanggung jawab dan mengakui kesalahan. Karena banyak kasus poligami atau kekerasan, media mengekspos perempuan berlebihan tetapi laki-laki hanya dibiarkan saja padahal kesalahan juga ada pihak laki-laki. Kalau memang melakukan poligami harusnya berani mengakui dan bertanggung jawab bukan bersembunyi atau lari dari tanggung jawab.

Tingginya kasus kekerasan terjadi karena dalam keluarga kekerasan menjadi budaya sehingga anak pun meniru perilaku orang tua. Ketika mereka terkena kasus hukum karena mencuri atau lainnya bagi anak-anak itu merupakan hal yang wajar karena orang tua mereka melakukan hal yang sama bahkan lebih parah.

Hal ini tentu perlu diatasi dengan merubah perilaku orang tua dan melaporkan jika ada orang tua yang melakukan kekerasan pada anak supaya anak tidak menjadi korban serta melakukan kejahatan di masyarakat.



Bagi bu Ina Rachman SH. MH sebagai advokat dan aktivis perempuan kekerasan terhadap anak ialah segala bentuk tindakan baik disengaja maupun tidak disengaja yang dapat merusak anak baik mental sosial, fisik, ekonomi maupun sosial. Sedangkan Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan berdasarkan pembedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat sengsara atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual, atau psikologis, termasuk ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampokan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau di dalam kehidupan pribadi.

Salah satu hal yang menyebabkan terjadi kekerasan terhadap perempuan dan anak ialah terlalu mengidolakan atau mengkultuskan seseorang sehingga tanpa sadar mau menyerahkan diri atau diperlakukan tidak senonoh. Banyak contoh remaja dan perempuan menjadi korban pelecehan seksual karena mengidolakan seseorang secara berlebihan.

Selain itu kurangnya pengawasan internet pada anak, membuat anak rentan menjadi korban pornografi. Banyak orang tua dengan mudahnya memasang foto anak tanpa busana ketika sedang mandi di media sosial membuat pelaku pedofil mudah mencari target. Kesadaran ini lah yang perlu disosialisasikan untuk membatasi foto anak di media sosial.

Masih banyaknya orang yang belum sadar akan perlindungan anak, salah satunya ialah komunitas fotografi yang memotret anak-anak tanpa busana dan mengunggahnya di media sosial. Hal ini perlu menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah untuk mengadakan sosialisasi dan berkolaborasi dalam melindungi anak dari pelaku pedofil di media sosial.

Masalah perlindungan anak menyadarkan saya untuk lebih selektif dalam memilih obyek foto dan mengunggahnya di media sosial agar mereka terindungi dari kejahatan sosial. Selain itu kasus perempuan membully perempuan di media sosial harus dikurangi dengan menahan diri untuk tidak nyinyir atau menyudutkan perempuan.


Isu kesetaraan gender dan perlindungan masyarakat perlu dukungan semua pihak termasuk laki-laki. Diawali dengan merubah persepsi kalau perempuan hanya makhluk pasif yang hanya bisa menerima takdir tapi juga berhak mendapat kesempatan yang sama seperti menyampaikan pendapat, bekerja, mendapat pendidikan yang berkualitas, dan menjadi pemimpin dalam sebuah instansi.

Jika perempuan kritis bukan berarti galak atau ceriwis tetapi bagian dari proses menyampaikan pendapat. Laki-laki tidak perlu takut tersaingi karena jika perempuan bisa aktif dan pintar maka berbagi tanggung jawab dalam rumah tangga akan jadi lebih mudah.









Comments

  1. Tes keperawanan itu menurutku sangat 'menyeramkan' bagi kaum perempuan meskipun ku juga tidak mendukung pergaulan bebas. Bisa jadi ia gagal tes tersebut karena sering naik sepeda atau berolah raga atau karena mengalami trauma karena tindak asusila. Perempuan menurutku harus saling mendukung, tidak condong sebelah menyalahkan pihak perempuan jika terjadi sebuah kasus karena pelakunya tetap dua orang dan sama-sama salah. Salam hangat:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya sesama perempuan saling mendukung agar bisa berkarya lebih baik melalui media sosial :)

      Delete
  2. Setuju banget mba bahwa yg namanya kesetaraan gender itu ya hrus diimbangi disemua aspek masyarakat. Bukannya wanita ingin diistimewakan, tapi wanita hanya diberi kesempatan juga untuk berkarya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya betul pemerataan kesempatan bagi wanita untuk berkarya :)

      Delete
  3. Duh itu yang blangkonan, kayanya kenal :))

    ReplyDelete
  4. Ternyata dukungan untuk kesetaraan gender dan perlindungan anak banyak cara yah yg bisa kita lakukan, salah satunya melalui media sosial. 🤗

    ReplyDelete
  5. Sebagai orangtua dan perempuan isu2 tentang kekerasan yang saat ini semakin meningkat. Rasanya serem dan miris melihatnya, jadi sebagai salah satu bentuk andil dalam hal ini, yaitu bijak menggunakan sosmed.
    Juga menghindari yang namanya bully.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya betul hindari membully sesama perempuan di media sosial :)

      Delete
  6. Setuju banget masalah kesetaraan gender untuk pembangunan kalau sudah setara makin maju negara ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya semakin banyak kesempatan wanita berkarya maka semakin mendorong ekonomi untuk maju :)

      Delete
  7. issue yang nggak pernah berhenti untuk dibahas nih. Pada intinya kesetaraan gender adalah memberi porsi pada ruang yang pas. Tanpa saling mendominasi. Tetapi menghormati perannya masing-masing.

    ReplyDelete
  8. Nah harus tuh bisa membedakan antara mengkritik dengan nyinyir ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju mas bijak dalam menggunakan media sosial :)

      Delete
  9. setuju banget....dan sekarang peran perempuan jg sdh tdk di pandang sebelah mata

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya perlahan-lahan sudah mulai diakui prestasinya :)

      Delete
  10. Kita emang harus bijak ketika ber-Medsos

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya jangan sampai malah merugikan anak dan perempuan :)

      Delete
  11. Pembahasannya keren nih. Kesetaraan itu semuanya pas sesuai porsi masing-masing. Yang paling penting baik perempuan maupun pria, semua bisa saling menghormati peran ya :)

    ReplyDelete
  12. Itu tuuu yang bikin aku gemeeesss. Kasus pelakor atau selingkuh, pasti cewenya yang seolah-olah paling bersalah. Pdhl sbnrnya itu kan ada andil cowo juga. Walau pd akhirnya mungkin mmg cewe yg salah, tp awalnya jgn lah terlalu memojokan cewe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya cowok juga harus tanggung jawab jangan diem aja :)

      Delete
  13. wow tema yang sangat kekinian dan memang sangat penting. Aku sangat concern dgn perlindungan anak. Anak sering kali kena imbas dari berbagai hal yg terjadi di sekitarnya termasuk jika terjadinya ketidak harmonisan orang tua yang bisa jadi karena ada keterlibatan 'pelakor', 'pesirang' (perebit istri orang), dan kasus-kasus lainnya.
    Kesetaraan gender pun lagi digaungkan. Mari kita support kesetaraan gender namun dgn tidak meninggalkan kondrat. #sokwise hihi

    ReplyDelete
  14. Permasalahan perempuan dan Anak masih menjadi topik yang menganggu stabilitas sosial di tengah masyarakat. Perlu adanya peningkatan yg lebih lg utk perlindungan dan pemberdayaannya

    ReplyDelete
  15. Sepakat, penting sekali memilih foto yang akan diupload. Jejak digital itu abadi.

    ReplyDelete
  16. Mengidolakan seseorang secara berlebihan itu mengerikan juga ya

    ReplyDelete
  17. Setuju mba, memilah foto-foto yang akan diupload is a must banget sih. Karena itu akan berefek pada citra diri kita sendiri. Lagipula dengan cara seperti itu justru bisa menjaga kehormatan wanita kan ya. Nice sharing mba :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lima Hal Yang Harus Dimiliki Pekerja Digital Masa Kini

ulasan film sokola rimba

PopBox Loker Multifungsi Untuk Berbagai Kebutuhan