Miliki Keluarga Berkualitas Dengan Cinta Yang Terencana

"Awalilah setiap pekerjaan dengan perencanaan yang baik, karena gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan" ini adalah kuote dari Aa Gym tentang pentingnya perencanaan. Hal ini sudah saya terapkan sejak lima tahun terakhir untuk lebih terorganisir dalam melakukan pekerjaan atau menjalani kuliah. 



Memang tidak semua rencana berjalan dengan lancar, kadang ada saja hambatan atau perubahan rencana mendadak. Namun dengan adanya rencana kegiatan yang dilakukan menjadi lebih terarah dan fokus. Kalaupun ada perubahan disikapi dengan tenang dan saya belajar untuk membuat rencana lebih matang serta terus membuat rencana baru yang lebih baik. 

Rencana bagi saya bisa diterapkan dalam berbagai hal misalnya merencanakan kuliah, pekerjaan, menonton film, memilih makanan dan membina sebuah keluarga. Ya keluarga sebaiknya direncanakan dengan baik agar bisa harmonis dan langgeng. 

Karena tinggal di negara dengan budaya yang masih kental, bagi wanita atau pria yang sudah 25 tahun belum menikah dianggap belum laku atau aneh. Padahal untuk menikah butuh persiapan yang matang baik dari mental, pengetahuan dan materi. Karena tidak kuat dengan tekanan sosial banyak pasangan menikah dengan terpaksa akhirnya ketika menemukan masalah dalam rumah tangga dengan mudah mengucapkan kata cerai. 

Hal inilah yang kurang dimengerti oleh masyarakat Indonesia. Tolak ukur kebahagiaan hanya dilihat dari status menikah padahal masih banyak hal lainnya yang bisa dilakukan atau diapresiasi dari seseorang. Untuk membina keluarga harus direncanakan sebelum menikah mulai dari latar belakang pasangan, komunikasi dalam rumah tangga, dan menjalankan fungsi keluarga dengan seimbang.




Belajar dari pengalaman keluarga dan teman saya yang menikah diatas tiga puluh terlihat mereka lebih matang dalam mengambil keputusan dan bisa mengatasi masalah dengan tenang. Begitu juga dengan kedua orang tua saya yang hanya memiliki dua anak dengan jarak lima tahun. Dengan merencanakan memiliki dua anak saja kasih sayang orang tua, pendidikan, tumbuh kembang menjadi lebih fokus. 

Saya dan kakak saya leluasa bermain tanpa harus berbagi mainan ke banyak saudara serta lebih fokus belajar saat menghadapi ujian. Kelebihan lainnya orang tua tidak perlu bersusah payah bekerja ketika kedua anaknya sudah dewasa karena hanya fokus membiayai dua anak saja. Mengikuti program pemerintah saat orde baru yaitu "dua anak cukup" telah saya rasakan manfaatnya sebagai anak dari orang tua yang merencanakan memiliki anak dengan program Keluarga Berencana.

Dengan menjalankan program Keluarga Berencana merupakan salah satu jalan menuju keluarga berkualitas. Lalu apa definisi keluarga berkualitas?  Menurut UU 52 Tahun 2009 ttg Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 




Lebih detailnya lagi ibu Eka Sulistya Eduningsih sebagai Direktur Bina Keluarga Remaja BKKBN menekankan pentingnya menikah di usia yang tepat yaitu minimal 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Mengapa di usia dua puluh tahunan? agar saat menjalani pernikahan bisa mengambil keputusan dengan matang dan dari segi kesehatan siap untuk melahirkan dan membesarkan anak. 

Sayangnya masih banyak ditemui pernikahan anak dibawah umur di desa terpencil akibat kurangnya akses pendidikan dan kesehatan. Untuk mengatasi ini perlu dukungan berbagai pihak mulai dari pemerintah seperti BKKBN dan Kementrian Perlindungan Anak, pemerintah daerah, kepala adat, media massa dan masyarakat umum. 

Beberapa kepala daerah sudah mengerti usia pernikahan yang layak dengan mewajibkan belajar minimal 12 tahun dan membuat surat edaran ke seluruh masyarakat. Hal ini patut menjadi contoh bagi kepala daerah lainnya agar memperhatikan penduduknya dengan memberikan akses pendidikan dan kesehatan yang baik. 

Hal lainnya yang menurut saya penting ialah merevisi Undang-Undang pernikahan yang terdapat pasal usia minimal untuk menikah yaitu 21 dan 25 tahun supaya mencegah pernikahan anak dibawah umur. Jika sudah direvisi maka menjadi dasar hukum yang kuat untuk remaja agar menikah di usia yang tepat dan panduan bagi orang tua untuk menikahkan anaknya jika sudah dewasa secara fisik atau mental.




Saat Meet Up BKKBN Bersama Komunitas Blogger di TMII tanggal 15 Mei 2018, Roslina Verauli sebagai psikolog berbagi tips bagaimana membangun keluarga sehat dan terencana. Dalam keluarga idealnya tidak hanya sejahtera tapi juga bahagia. Dalam keluarga agar fungsinya dapat berjalan baik perlu pentingnya komunikasi positif dengan banyak mendengar, membuka diri dan saling menghormati. 

Pesan penting dari bu Eka bagi orang yang belum menikah ialah pastikan motivasi untuk menikah bukan untuk balas dendam, mengejar status, atau mendapatkan warisan. Jika sudah berkomitmen untuk membina keluarga harus siap menjalani hubungan yang eksklusif yaitu satu orang suami atau istri. 

Pesan ini sangat sesuai buat saya yang ingin menikah tahun ini atau tahun depan. Harus benar-benar siap dan merencanakan calon pasangan yang tepat dari agama, pekerjaan, latar belakang pendidikan, keluarga. Setelah menikah pun harus direncanakan tinggal dimana, bagaimana bersosialisasi, pola komunikasi dan pengaturan keuangan. 

Setelah itu perlu juga merencanakan memiliki anak dengan program Keluarga Berencana (KB) apalagi kini sudah ditanggung BPJS. Jadi keluarga milenial yang sejahtera perlu mendukung KB untuk melahirkan generasi penerus yang berkualitas. Dengan keluarga yang berkualitas bonus demografi akan menjadi peluang positif Indonesia bangkit menjadi negara yang maju dan sejahtera.
















Comments

  1. Iya kasihan yang buru buru nikah padahal usia masih kecil. Padahal dalam pernikahan itu banyak tantangannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya lebih baik menikah saat sudah matang usianya :)

      Delete
  2. KB bikin jarak antara anak satu dengan lainnya terjaga, agar bisa menjadi anak generasi penerus bangsa yang berkualitas

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya anak juga lebih optimal merasakan kasih sayang orang tua :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lima Hal Yang Harus Dimiliki Pekerja Digital Masa Kini

ulasan film sokola rimba